Kamis, 31 Mei 2012

MISTERI KARO’A PIDU (Oleh : HR.M. Agoes Soeryanto Dompu)



(MISTERI AL Qur`an sebanyak 7 buah)
(Oleh : HR.M. Agoes Soeryanto Dompu)
Syekh Nurdin Dan 3 Ulama Dari Negeri Seberang

Sejarah di Dana Dompu mencatat, ketika Syekh Nurdin seorang ulama terkemuka keturunan Arab Magribi menginjakan kakinya di Bumi Dompu sekitar 1528 untuk menyebarkan Islam sambil berdagang, saat itu Dompu di bawah Pemerintahan Raja Bumi Luma Na’e yang bergelar Dewa Mawa’a Taho (Saat itu Dompu belum mengenal Islam/masih menganut ajaran Hindhu) sebab saat itu Kerajaan Dompu masih di bawah kekuasaan kerajaan Majapahit (Raja Hayam Wuruk) dengan Mahapatih Sang Gajah Mada Amurwa Bumi.

Kehadiran syekh Nurdin di Kerajaan Dompu tampaknya mendapat simpatik dari rakyat Dompu terutama Raja Dompu saat itu. Bahkan lambat laun ajaran Islam yang di bawa oleh Syekh Nurdin dengan cepat dapat diterima oleh rakyat Kerajaan Dompu termasuk dari para kalangan Istana (Bangsawan).

Konon cerita,salah seorang putri dari keluarga Kerajaan Dompu tertarik terhadap ajaran Islam yang di bawa oleh Syekh Nurdin. Sang Putripun akhirnya belajar dan memeluk Islam di hadapan syekh Nurdin, bukan itu saja,sang putri Raja itupun akhirnya menaruh hati dan menikah dengan Sang Ulama tersebut.

Putri Raja yang tidak diketahui nama aslinya itupun akhirnya mengganti namannya setelah menikah dengan syekh Nurdin dengan Islam yakni ST.Hadijah. Dari pernikahan dengan Syekh Nurdin itu dikaruniai 3 orang anak 2 orang putra dan 1 orang perempuan masing – masing bernama Syekh Abdul Salam , Syekh Abdullah dan Joharmani.

Pada saat Syekh Nurdin dan keluarganya berangkat ibadah haji ke tanah suci Makkah AL Mukarrahmah sambil belajar untuk memperdalam ilmu Agama Islam, Syekh Nurdin dan dan salah seorang putranya yakni Syekh Abdullah, tidak kembali ke Dompu karena meninggal di Makkah . Hanya Syekh Abdul Salam. Dan ibundanya ST. Hadijah serta adik perempuannya yakni Joharmani yang kembali ke Dompu. Isteri Syekh Nurdin dan kedua anaknya yang sudah menyandang gelar Haji akhirnya pulang ke Dompu dengan membawaoleh-oleh berupa kitab suci AL Qur`an sebanyak 7 buah. (Di Dompu dikenal dengan istilah KARO`A PIDU). Konon 7 buah kitab suci AL Qur`an yang di bawa dari Makkah oleh keluarga Syekh Nurdin tersebut saat ini masih tersimpan dengan baik di rumah kediaman (Asi Mpasa) Ruma Siwe (Hj.ST Hadijah Isteri Almarhum Sultan Muhammad Tajul Arifin Siradjuddindin,Sultan Dompu terakhir)..

Islam menjadi Agama resmi Kerajaan Dompu ketika putra pertama Raja Dompu yakni LA BATA NA`E naik Tahta menggantikan Ayahandannya. Untuk memperdalam ilmu Agama Islam,La Bata Na`E pergi meninggalkan Dompu untuk menimba Ilmu mulai dari Kerajaan Bima,Makassar (GOA) bahkan sampai ke tanah Jawa. Setelah menguasai berbagai macam ilmu Agama Islam, La Bata Na`E akhirnya kembali ke Kerajaan Dompu untuk meneruskan memimpin pemerintahaan warisan sang Ayahandanya. Raja Dompu Bumi Luwu Na`E. Pada tahun 1545,La Bata Na`E resmi nak Tahta menggantikan Ayahnya. La Bata Na`E selanjutnya mengubah sistim pemerintahaan di Dompu dari Kerajaan menjadi Kesultanan dan bergelar SULTAN SYAMSUDDIN.

La Bata Na`E atau Sultan Syamsuddin merupakan sultan Dompu pertama sekaligus salah satu Sultan Dompu yang pertamakali memeluk Agama Islam dan selanjutnya Agama Islam saat itu resmi menjadi Agama di wilayah Kesultanan Dompu..

Untuk mendampingi dalam memimpin pemerintahaan di Kesultanan Dompu,sultan syamsuddin akhirnya menikah dengan Joharmani saudara kandung Syeh Abdul Salam pada tahun yang sama (1545). Syeh Abdul Salam diangkat oleh Sultan Syamsuddin sebagai Ulama di Istana Kesultanan Dompu. Makam Syekh Abdul Salam terletak di Kampung Raba Laju Kelurahan Potu Kecamatan Dompu, makam keramat tersebut saat ini oleh Pemerintah telah dijadikan salah satu Situs Purbakala. Bahkan untuk mengenang nama Syekh Abdul Salam,di dekat makam Syekh Abdul Salam terdapat pemakaman umum yang dinamakan oleh warga Dompu yakni `RADE SALA` (Kuburan Abdul Salam).

Kemudian sekitar tahun 1585, datanglah beberapa saudagar/ pedagang sekaligus ulama Islam dari Sumatera yakni bernama Syekh Hasanuddin, Seykh Abdullah dari Makassar dan Sykeh Umar Al Bantani dari Madiun Jawa Timur, dan selanjutnya mereka ini menetap di Dompu untuk membawa Syi’ar Agama Islam.

Kedatangan 3 Ulama dari negeri seberang tersebut rupanya mendapat simpatik yang baik dari sultan Dompu dan masyarakat diwilayah kesultanan Dompu. Untuk membuktikan rasa simpatik dan hormatnya terhadap ketiga orang ulama tersebut akhirnya, Syekh Hasanuddin mendapat kehormatan dari Sultan Syamsuddin untuk menduduki salah satu jabatan yakni QADI (setingkat menteri Agama di kesultanan) dan selanjutnya bergelar WARU KALI. Kemudian Syekh Umar AL Bantani dan Syekh Abdulah dipercaya Sultan Syamsuddin sebagai Imam Masjid di Kesultanan Dompu. Syekh Hasanuddin yang bertempat tinggal di Kandai I meninggal dunia dan dimakamkan di tempat itu pula. Oleh masyarakat Dompu lokasi atau komplek pemekaman tersebut kini di kenal dengan sebutan MAKAM WARU KALI. Pada masa pemerintahaan Bupati Dompu H.Abubakar Ahmad,SH periode (2000-2005) Waru Kali di lakukan penelitian dari tim Arkelogi dan Purbakala yang dipimpin oleh DR.Haris Sukandar dan Dra. Ayu Kusumawati menyimpulkan bahwa lokasi Waru kali merupakan peninggal bersejarah tinggi di Dompu ribuan tahun yang lalu dan akhirnya komplek tersebut ditetapakan sebagai salah satu situs peninggalan Purbakala yang bernilai sejarah tinggi. Situs Waru Kali berdekatan dengan Komplek situs Doro Bata di Kelurahan Kandai I Kecamatan Dompu. Menurut cerita di Dana Dompu, Syekh Umar Al Bantani dan Syekh Abdullah membangun sebuah tempat ibadah (Masjid/Mushola) yang berukuran kurang lebih sekitar 4X4 meter tepatnya di dekat perkampungan yang diberi nama Karijawa. Masjid tersebut konon merupakan satu-satunya Masjid Kesultanan Dompu. Menurut riwayat,bekas tempat bangunan Masjid yang di bangun oleh dua orang ulama terkenal itu kini tempatnya sudah berubah fungsi menjadi komplek kantor Kelurahan Karijawa. Sedangkan Masjid Agung Baiturahman Dompu dahulu kala lokasi tersebut merupakan tempat atau bekas Istana Kesultanan Dompu.(*).

CATATAN :

Beberapa makam kuno milik para ulama yang sangat berjasa menyebarkan Islam di Dompu saat ini sebagaian masih dapat dilihat di beberapa tempat di Dompu seperti makam Syekh Abdul Salam di kampong Raba Laju Kelurahan Potu (Rade Sala), kemudian makam Syekh Hasanuddin di keluarahan kandai I Kecamatan Dompu. Makam tersebut oleh warga Dompu dikenal dengan sebutan makam Waru Kali (Rade Waru Kali). Kemudian di Ja`do terdapat pula makam ulama besar di Dompu yakni makam milik Syekh Nurdin,Kemudian di Bukit DORO SAWETE terdapat makam tua yang letaknya diatas bukit,makam tersebut hanya satu saja,konon makam tersebut milik ulama penyebar Islam di Dompu yakni Syekh Abdurahman yang berasal dari negeri Bagdad (Irak)(*).

MASJID “SYEKH ABDUL GANI DOMPU”

Selain barang-barang peninggalan masa prasejarah ternyata di Dompu banyak terdapat pula beberapa peninggalan atau bangunan kuno lainya meskipun saat ini hanya tinggal sisa-sisa kenangan dan hanya sebatas cerita nostalgia. Namun demikian hal itu membuktikan bahwa Dompu pernah berjaya bahkan sempat mencapai puncak jaman keemasan di masa lampau.

Hampir 99% masyarakat Dompu saat ini memeluk Agama Islam dan sisanya beragama Non Muslim. Sejarah juga mencatat bahwa Dompu ternyata sangat besar andilnya khususnya dalam upaya masuknya agama Islam di Nusantara khususnya diwilayah pulau Sumbawa lebih-lebih di daerah Dompu itu sendiri. Bahkan bukti-bukti penyebaran Islam di dompu banyak terdapat di daerah ini seperti adanya makam para ulama yang dulu pernah membawa dan menyebarkan ajaran Islam di wilayah Dompu seperti misalnya,adanya makam “Waru Kali” yang terdapat di kelurahan kandai I Kecamatan Dompu. Oleh masyarakat setempat kuburan kuno tersebut di yakini sebagai makam atau kuburan seorang ulama besar yang berasal dari pulau Sumatera yakni Syekh Hasanuddin. Kemudian ada juga Makam mubalig atau ulama besar lainya yakni makam Syekh Abdul Salam yang berada di Raba Laju Kelurahan Potu Dompu. Selain dua ulama itu di Dompu konon juga dating beberapa ulama dan mubalig besar yang berjasa menyebarkan Islam di Dompu seperti Syekh Umar, Syekh Bantam dari Madiun Jawa Timur, dan juga Syekh Abdullah dari Makasar.

Sejarah juga mencatat bahwa,pengaruh Islam masuk di Dompu sekitar tahun 1628 bahkan pengaruh Islam secara kecil-kecilan sudah mulai masuk di Dompu sekitar tahun 1528, artinya Islam mulai masuk di Dompu sekitar abad ke-16. Selain bangunan makam atau kuburan ulama,di Dompu ternyata juga ada peninggalan bangunan kuno berupa Masjid. Masjid yang paling terkenal dulu bernama Masjid “Syekh Abdul Gani”. Menurut salah seorang tokoh masyarakat yang juga sebagai pemerhati budaya di Dompu H.Muhammad Yahya (71) kepada penulis di kediamannya di Kelurahan Potu Dompu menuturkan, Masjid Syekh Abdul gani tersebut sebenarnya sudah ada sejak jamannya Sultan Abdullah (1871-1882) ayah kandung dari Sultan Dompu yang ke-20 yakni Sultan Muhammad Siradjuddin (Manuru Kupa). Konon masjid tersebut berada atau terletak di dekat bangunan komplek Istana kesultanan Dompu yang saat itu berada di lokasi Masjid Agung Baiturahman (Masjid Raya Dompu). Sayang masjid Syekh Abdul Gani yang juga dikenal dengan nama Masjid Istana tersebut kini lokasinya sudah berdiri bangunan Kantor pemerintah kelurahan Karijawa Kecamatan dompu.

Menurut H.Muhammad Yahya, masjid peninggalan kesultanan tersebut konon ada kaitanya dengan nama besar seorang ulama dan mubalig kondang yakni Syekh Abdul Gani. Bagi masyarakat Dompu nama Syekh Abdul Gani merupakan seorang ulama besar yang sangat berjasa menyebarkan Islam di daerah ini bahkan di pulau Lombok dan Sumbawa serta Bima,Syekh Abdul Gani dikenal sebagai ulama besar yang berjasa membawa Islam di wilayah NTB bahkan di Nusantara. Syekh Abdul Gani konon pernah bersama dengan tokoh pendiri NU (Nahdlatul Ulama) sama-sama menimba ilmu agama Islama di tanah suci Makkah Al-Mukarrohmah,bahkan syekh Abdul Gani merupakan salah seorang Imam masjid di Masjidil Harram di Makkah.

H.Muhammad Yahya juga menuturkan, bangunan Masjid Syekh Abdul Gani di bongkar sekitar tahun 1950-an. Sedangkan bangunan Istana Kesultanan Dompu di bongkar pada saat Jepang masuk di Dompu sekitar tahun 1941. Lokasi atau tempat bangunan Istana Kesultanan Dompu kini sudah berdiri sebuah masjid yakni Masjid Agung Baiturahman Dompu (Masjid Raya Dompu).

Meskipun Masjid Syekh Abdul Gani kini hanya tinggal nama,tetapi di Dompu juga masih ada peninggalan sisa jaman keemasan Islam di daerah ini, bangunan tersebut yakni Masjid Al-Mansyur (Syekh Mansyur). Masjid tersebut terletak di kampung Magenda Kelurahan Potu Kecamatan Dompu. Menurut H.Muhammad Yahya, masjid tersebut dulu hanya sebuah bangunan Mushola dan di bangun oleh Syekh Mansyur. Siapakah sosok ulama besar bernama Syekh Mansyur tersebut? H.Muhammad Yahya salah seorang tokoh sepuh yang tinggal di kelurahan Potu Dompu ini menjelaskan bahwa, Syekh mansyur adalah keturunan atau anak dari Syekh Abdul Gani. ” Masjid ini sudah mengalami perombakan (rehab) sebanyak 4 kali,dan sekarang Masjid tersebut di rehab atau diperbaiki kembali oleh Pak bupati Dompu H.Abubakar Ahmad,” kata tokoh sepuh yang masih cukup energik ini, di kediamanya di Kelurahan Potu Dompu.

Almarhum Syekh Mansyur dikenal sebagai seorang ulama dan mubalig yang cukup kharismatik sama persis almarhum ayahandanya yakni Syekh Abdul Gani. Di kampung Magenda inilah konon Syekh Mansyur melakukan pusat berdakwah sekaligus menjadikan kampung Magenda sebagai pusat kegiatan Islam di dompu. Setelah syekh mansyur wafat,sebenarnya almarhum hendak dimakamkan di wilayah “SO JA`DO” sekarang masuk dalam wilayah Kelurahan Bali I Dompu. Namun karena banyak pertimbangan oleh para tokoh-tokoh masyarakat saat itu,akhirnya almarhum di kuburkan berdekatan dengan masjid yang didirikannya itu (Masjid Al-Mansyur/Masjid Syekh Mansyur).

Masjid yang sudah mengalami perombakan selama empat kali itu,kini kondisinya cukup bagus dan merupakan bangunan permanen,apalagi setelah Bupati Dompu saat itu H.Abubakar Ahmad,SH turun tangan dengan memberikan bantuan untuk merehab Total bangunan yang bernilai sejarah tinggi tersebut.

(*) .Di kutip dari berbagai sumber yang ada di dana Dompu


========================================================================

Dompu Nusa Tenggara Barat


Kabupaten DOMPU adalah sebuah kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Barat, Indonesia. Ibukotanya adalah Dompu. Kabupaten ini berada di bagian tengah Pulau Sumbawa. Wilayahnya seluas 2.321,55 km² dan jumlah penduduknya sekitar 200.000 jiwa. Kabupaten Dompu berbatasan dengan Kabupaten Sumbawa dan Teluk Saleh di barat, Kabupaten Bima di utara dan timur, serta Samudra Hindia di selatan.

Dompu terkenal sebagai penghasil susu kuda liar dan madu. Budaya masyarakat Dompu sangat dekat dengan Kabupaten Bima, Meskipun terdapat sedikit perbedaan dari logat dan bahasanya.

Tokoh yang berasal dari Dompu antara lain adalah Muhammad Feisal Tamin.

Administrasi dan Geografis

1. Administrasi

Kabupaten Dompu merupakan salah satu Kabupaten di Propinsi Nusa Tenggara Barat yang terletak dibagian tengah Pulau Sumbawa. Secara geografis Kabupaten Dompu terletak pada 08 derajat 10.00 samapai 08 derajat,40 00 sampai dengan 118 derajat,30 Bujur timur.

b. Administrasi Pemerintahan

kabupaten Dompu yang beribukota di Dompu terdiri dari 8 Kecamatan yakni Kecamatan Dompu, Woja, Hu'u, Kempo, Kilo, Pekat, pajo dan Kecamatan manggelewa dengan jumlah Desa/kelurahan 57 buah, 9 Kelurahan, 44 Desa difinitif, 4 Desa Persiapan.

Selanjutnya batas wilayah Administrasi sebagai berikut :


- Sebelah Utara : laut flores dan kabupaten Bima
- Sebelah Timur : Kabupaten Bima
- Sebelah selatan : Samudra Indonesia
- Sebelah Barat : Kabupaten Sumbawa

2. Geografis 

Keadaan Geografis Kabupaten Dompu secara umum dapat digambarkan bahwa sebagian wilayah merupakan daerah yang bergelombang sampai berbukit dengan kemiringan tanah 15-40 % dan diatas 40 % sebesar 49,97 % dari luas wilayah, daerah datar 18,48 5 serta daerah landai sebesar 31,55 % dari luas wilayah

Kabupaten Dompu mempunyai luas wilayah 232.460 Ha, dengan jumlah penduduk sebanyak 193.334 jiwa atau 43.616 KK. dari luas tersebut 120.728 ha ( 51,93 % merupakan kawasan budidaya ( di luar kawasan hutan ).

Selanjutnya untuk memperoleh kondisi fisik wilayah Kabupaten Dompu dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Keadaan kemiringan tanah dan ketinggian

1. Kemiringan tanah ( lereng )
Sebagaimana telah diuraikan diatas bahwa sebagian wilayah Kabupaten Dompu terdiri dari daerah yang bergelombang sampai berbukit dan sebagaian merupakan daerah datar sampai landai.

Menurut data yang ada setelah diklarifikasi dapat diketahui bahwa :

- Lereng 0 - 25 % ( datar ) seluas 42.950 ha atau 18,48 %
- Lereng 2-15 % (landai ) seluas 73,349 ha atau 31,55 %
- Lereng 15 -40 % begelombang sampai dengan berbukit ) seluas 87,911 ha atau 37,82 % )
- Lereng diatas 40 % (terjal) seluas 28,250 ha atau 12,15 % masing0masing dari lusa wilayah.

2. Ketinggian

Ketinggian tempat dari permukaan air laut merupakan faktor yang perlu diperhatikan didalam menilai fisik suatu wilayah/daerah terutama yang berhubungan dengan penyediaan sumberdaya tanah.

Bersumber pada perhitungan peta ketinggian Kabupaten Dompu skla 1 : 100.000, diperoleh data ketinggian sebagai berikut :

- Ketinggian 0 -100 m dpl seluas 7.705 ha ( 31,28 % )
- Ketinggian 100 - 500 m dpl seluas 107,815 ha ( 46,38 % )
- Ketinggian 500 - 1.000 m dpl seluas 34,150 ha ( 14, 69 % )
- Ketinggian diatas 1.000 m dpl seluas 17.790 ha ( 7,65 % )

Dari data tersebut diatas terlihat bahwa wilayah Kabupaten Dompu terbesar berada pada ketinggian 100-500 m dpl, menyebar pada masing-masing Kecamatan.

b. Iklim

Kabupaten Dompu termasuk daerah yang beriklim tropis dengan musim hujan rata-rata bulan Oktober sampai april setiap tahun, mempunyai tipe iklim D, E dan F ( menurut ferguson dan smith)

Pada musim kemarau suhu udara relatif rendah ( 20 derajat celsius - 30 derajat selsius ) pada siang hari dan dibawah 20 derajat celsius pada malam hari.

Bersumber pada data curah hujan dari Dinas Pertanian tanaman pangan Kabupaten Dompu selama tahun 1984 s/d 1992 dapat diketahui bahwa curah hujan rata-rata pertahun sebanyak 1.038,73 mm, dengan jumlah hari hujan sebanyak 77 hari.

c. Tanah air
Air sebagai sumber penghidupan utama bagi mahluk hidup, termasuk manusia cukup tersedia di Kabupaten Dompu, Persediaan air dimaksud cukup ,untuk kebutuhan hidup sehari-hari dan untuk kebutuhan pengairan bagi daerah pertanian.

Dikabupaten Dompu terdapat 19 buah sungai besar dengan debit yang bervariasi. Pada musim hujan sering terjadi kebanjiran yang kadang-kadang merusak tanaman pertanian ataupun pemukiman penduduk.

Selanjutnya disamping 19 buah sungai besar tersebut masih ada beberapa buah sungai kecil serta mata air yang berair sepanjang tahun, sebagai sumber penghidupan masyarakat.

d. Geologi

Berdasarkan peta Geologi Pulau sumbawa keadaan geologi di Kabupaten Dompu adalah sebagai berikut :

1. Endapan permukaan, menyebar diseluruh wilayah Kecamatan dengan luas areal 11.602 ha atau 5 % dari luas wilayah. Endapan permukaan terdiri dari berkerikil, pasir dan lempung.

2. Batuan Gunung Api, terdiri dari gunung api muda, hasil gunung api tua dan lebih tua. Tersebar di wilayah Kecamatan Pekat, Kecamatan Kempo dan Kecamatan Dompu bagian timur. Luas areal 113.557 ha atau 48,85 % dari luas wilayah Kabupaten Dompu

3. Batuan edapan, Lempung tufan, tersebar diwilayah Kecamatan pekat dengan luas areal penyebaran 1.562, 5 ha

e. Jenis tanah

Jenis tanah dijadikan sebagai dasar pemanfaatan tanah, terutama untuk menentukan jenis tanaman yang cocok sesuai dengan jenis tanahnya dan juga menentukan sifat fisik, yaitu kepekatan terdapat erosi, sehingga sangat penting dalam menentukan fungsi lindung.

Berdasarkan peta Propinsi Nusa Tenggara Barat diperoleh data bahwa jenis tanah yang ada di Kabupaten Dompu antara lain kompleks litosal mediteran coklat, komleks renzina dan litosal dengan luas areal 63.460 ha.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar