Minggu, 13 Mei 2012

Karya Alan Malingi Romantika Bima

Kembalinya Sang Putra Mahkota


Buku ini adalah sebuah Roman Sejarah yang erat kaitannya dengan sejarah hubungan Bima-Makassar di masa lampau. Buku setebal 146 halaman dan dicetak Megatama Mandiri Jakarta pada tahun 2007 ini mengisahkan tentang proses peralihan antara masa kerajaan dan kesultanan Bima dan hubungan yang harmonis antara Bima-Makassar. Antara Abad 16 hingga 17 Masehi,

Kerajaan Bima diguncang prahara. Salisi yang bergelar Mantau Asi Peka yang dibantu Belanda merebut paksa tahta kerajaan dari pewaris yang sah. Salah seorang Putra Mahkota yang bernama La Ka’I sebagai pewaris tahta yang baru berusia 9 tahun dalam kondisi terancam. Pamannya Salisi merencanakan pembunuhan atas La Ka’i. Rencana itu tercium oleh para pejabat kerajaan dan panglima perang yang masih setia kepada kerajaan. La Ka’i diungsikan dan bergerilya di hutan belantara.



Sementara itu, Salisi dengan pasukannya terus mengejar La Ka’i. prose situ berlangsung lama, lebih dari 20 tahun Salisi mencari La Ka’i dan La Ka’i pun berjuang bersama rakyat untuk kembali merebut tahtanya yang terampas. Hingga pada tanggal 5 Juli 1640 Masehi, Putra Mahkota La Ka’i berhasil merebut istana kerajaan Bima dan menjadi Sultan Bima yang pertama. Tanggal 5 Juli menjadi saksi sejarah berdirinya kesultanan Bima dan hingga saat ini ditetapkan dan dirayakan setiap tahun sebagai hari Jadi Bima.

Nika Baronta

Novel setebal 171 halaman ini berhasil meraih Nominasi di International Ubud Writers And Readers Festival tahun 2011. Kisah Nika Baronta atau Kawin Berontak adalah sebuah peristiwa sejarah yang benar-benar terjadi di wilayah Bima-NTB pada masa pendudukan Jepang antara tahun 1942-1945. Munculnya Nika Baronta adalah sebagai trik antisipatif atas keinginan dari Tentara Dai Nippon yang ingin menjadikan wanita Bima sebagai Jugun Ianfu untuk dikirim ke pulau Jawa dan Sumatera.

Untuk menghindari rencana tentara Nippon tersebut, sultan Bima sultan Muhammad Salahuddin dan para pejuang memerintahkan kepada seluruh warga untuk mengawinkan dan mencari jodoh bagi putrinya dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Karena Jepang tidak ingin mengambil perempuan Bima yang sudah menikah. Antisipasi ini membuahkan hasil dan wanita Bima tidak berhasil dijadikan Jugun Ianfu.

Sebagai Novel sejarah, terbitan Genta Press Yogyakarta tahun 2007 ini tentunya menguak fakta sejarah baik yang termuat dalam buku sejarah maupun penuturan langsung dari para pelaku sejarah yang masih hidup. Dan sebagai karya sastra tentunya permaianan imajinasi dari pengarangnya juga memberi warna tersendiri dalam setiap lembaran buku ini.

Novel  Wadu Ntanda Rahi

Satu lagi karya Alan Malingi yang mengurai hubungan kekerabatan antara Bima dengan Gowa dan Makassar. Novel ini diangkat dari legenda masyarakat Bima yang telah turun temurun diyakini sebagai lambang hubungan Bima-Makassar. Novel setebal 273 Halaman ini telah dua kali dicetak yaitu pada Juli 2004 dan Juli 2007.Novel ini diangkat dari legenda Wadu Ntanda Rahi (Wadu = Batu), (Ntanda Rahi =Mengenang suami). Jadi Wadu Ntanda Rahi(Batu yang selalu mengenang suaminya) adalah cerita tentang kesetiaan seorang istri yang menjadi batu untuk mengabadikan cinta dan kesetiaannya kepada sang suami.

Meskipun berbagai ujian dan cobaan serta godaan yang dialami selama Sang suami pergi merantau, namun La Nggini tetap tegar dan kokoh pada pendiriannya untuk mengukir cinta dan kesetiaannya. Hingga pada suatu saat, tersiar kabar bahwa suaminya tenggelam di samudera dalam perjalanan pulang ke Bima, La nggini akhirnya memutuskan untuk mengabadikan cinta dan kesetiaannya sebagai batu.Hingga sekarang, monument cinta Langgini masih ada disebuah bukit yang berada di tengah kota Bima yang dikenal dengan bukit Wadu Ntanda Rahi.

Jati Kasipahu

  Cerita ini mengisahkan perjalanan hidup seorang puteri kerajaan Bima yang dibuang dan diangkat oleh Raja Gowa menjadi putrinya. Ketika menginjak usia remaja ibu angkatnya, permaisuri Raja gowa meninggal dunia. Tapi sebelum meninggal, permaisuri menitipkan wasiat jika suatu saat Sang Raja ingin menikah lagi, harus mencari calon istrinya yang jarinya cocok untuk mengenakan cincin permaisuri.

Sang Raja menggelar sayembara mengenakan cincin permaisuri. Seluruh gadis dan janda se antero kerajaan menjadi peserta dalam sayembara itu. Namun tidak satupun di antara perempuan itu yang dapat mengenakan cincin permaisuri itu. Setelah sekian kali diadakan sayembara, akhirnya Raja mencoba menawarkan kepada anak angkatnya. Sang Gadis menolak tawaran ayahnya. Namun rasa penasaran untuk mencoba cincin itu tetap ada.

Secara diam-diam sang puteri mencoba mengenakan cincin itu, alangkah terkejutnya dia ternyata cincin itu pas dengan jari jemarinya. Pada waktu yang bersamaan salah seorang dayang-dayang Istana memberitahu bahwa dirinya adalah puteri angkat Raja Gowa. Setelah mengetahui segalanya, sang puteripun meninggalkan Gowa dan berlayar hingga sampai ke wilayah kerajaan Bima.

Pada akhirnya petualangan sang puteri yang malang itu berakhir setelah dia memutuskan untuk berubah wujud menjadi pohon jati yang dikenal oleh masyarakat Bima dengan Jati Kasipahu. Kasipahu berarti miskin dan sebatang kara yang sejalan dengan jalan hidupnya.

Cerita Bergambar “ Petualangan Darere “

  Kisah ini diangkat dari Cerita Rakyat Bima yang mengisahkan tentang ketabahan hidup yang dialami oleh seseorang pemuda yang bernama Darere. Darere sangat patuh terhadap ibunya. Segala nasehat dan petuah serta perintah ibunya selalu dituruti. Setelah sang Ibu meninggal, Darere hidup sebatang kara. Dalam petualangannya ia menemukan keberentungan. Seorang pemilik kebun mengajaknya untuk bersama-sama menggarap kebun nan luas. Pemilik kebun itu hanya tinggal dengan seorang anak gadisnya yang berparas cantik. Pada perkembangan selanjutnya, Darere dan Anak pemilik kebun itu jatuh cinta. Akhirnya Darere menikah dengan gadis itu. Lama kelamaan kehidupan Darere berubah menjadi seorang yang kaya raya dan dermawan.

sumber : http://alanmalingi.wordpress.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar