Selasa, 22 Mei 2012

Ingat Mati & Siap-siap Menyambutnya


Bismillaahir Rohmaanir Rohiim

Alloh SWT berfirman : 'Sesungguhnya kematian yang kamu lari-kan dirimu daripadanya itu tetap akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada Tuhan yang mengetahui segala yang tersembunyi dan segala yang nyata, maka Dia akan memberitahu kamu apa yang pernah kamu lakukan.’ (QS 62 : 8)





Salah satu pekerjaan orang-orang yang bertarekat adalah disamping menziarahi makam para Rosul, Nabi, Ulama dan Syuhada, juga mengingat kematian. Syaikhuna (semoga Alloh merahmatinya) selalu memerintahkan murid-muridnya untuk sering melakukan dzikrul maut ini. Beliau sendiri sering memimpin ziarah kubur kemakam para wali Alloh khususnya sepanjang perjalanan dari Pandeglang menuju Labuhan, Banten. Dimulai dari Ki Shohib Kadupinang dan Syaikh. Tubagus Ruyani, lalu menuju ke Masbaroh Cigunung, Syaikh. Maulana Mansyur Cikadueun, Syaikh. Wali Daud Cigondang dan yang terakhir adalah Syaikh Asnawi Caringin, dan bila melalui jalur jasinga, adalah ke makam Syaikh Nuurunaum Suryadipraja dan Syaikh Abdul Khoir (semoga Alloh merahmati mereka semua). Pekerjaan ini, berdasarkan hadis atas pertanyaan seorang sahabat kepada Rosululloh,SAW. : ‘Adakah orang lain yang akan dibangkitkan bersama para syuhada ?’ Beliau menjawab : ‘Ya, mereka itulah yang mengingat mati sebanyak duapuluh kali dalam sehari semalam.’ Dan dikesempatan lain Rosululloh,SAW., bersabda : ‘Yang dapat memberikan syafaat di hari berbangkit nantinya adalah para nabi, para ulama dan para syuhada.’ Dan seorang Syaikh berkata : ‘Mengingat para Nabi adalah ibadah dan mengingat orang-orang sholeh menggugurkan dosa-dosa.’

Dizaman yang materialistik ini nyaris hal-hal yang berkenaan dengan ritual untuk membangkitkan kesadaran akan kematian dikatakan bid’ah, padahal orang-orang yang berkata bid’ah itu hatinya keras seperti batu, karena di saat mereka melihat kuburan atau orang mati hatinya tidak tergerak menarik pelajaran darinya. Dzikrul maut adalah kewajiban bagi para pejalan untuk melakukannya paling tidak duapuluh satu kali sehari semalam, guna menghidupkan hati agar datang suatu keyakinan bahwa maut pastilah tiba. Imam Ghozali,RA., berkata : ‘Jangan sekali-kali meninggalkan tafakur tentang hampirnya ajal dan kepastian datangnya maut yang akan memutuskan segala cita-cita, menghilangkan segala kesempatan serta mendatangkan sesal dan putus asa berkepanjangan disebabkan kita telah bersikap acuh-tak-acuh terhadapnya.’ Syaikhuna (semoga Alloh merahmatinya) pernah berkata bahwa para pengikut tarekat Qodiriyah di Banten diperintahkan untuk tinggal dikomplek pekuburan selama tujuh atau dua puluh satu atau empat puluh hari lamanya sambil melakukan wirid-wirid tertentu.

Didalam hadis qudsi Alloh SWT berfirman : ‘Wahai manusia! Aku heran pada orang yang yakin akan kematian, tapi ia hidup bersuka-ria. Aku heran pada orang yang yakin akan pertanggungjawaban segala amal perbuatan di akhirat, tapi ia asyik mengumpulkan harta benda. Aku heran pada orang yang yakin akan kubur, tapi ia tertawa terbahak-bahak. Aku heran pada orang yang yakin akan adanya alam akhirat, tapi ia menjalani kehidupan dengan bersantai-santai. Aku heran pada orang yang yakin akan kehancuran dunia, tapi ia menggandrunginya. Aku heran pada intelektual, yang bodoh dalam soal moral. Aku heran pada orang yang bersuci dengan air, sementara hatinya masih tetap kotor. Aku heran pada orang yang sibuk mencari cacat dan aib orang lain, sementara ia tidak sadar sama sekali terhadap cacat yang ada pada dirinya sendiri. Aku heran pada orang yang yakin bahwa Alloh senantiasa mengawasi segala perilakunya, tapi ia berbuat durjana. Aku heran pada orang yang sadar akan kematiannya, kemudian akan tinggal dalam kubur seorang diri, lalu dimintai pertanggungjawaban seluruh amal perbuatannya, tapi berharap belas kasih dari orang lain. Sungguh tiada Tuhan kecuali Aku dan Muhammad adalah hamba dan utusan-Ku.’

Rosululloh,SAW., pernah ditanya oleh sahabatnya : ‘Siapakah orang-orang yang bijak itu ?’ Beliau menjawab : ‘Merekalah yang banyak mengingat mati dan selalu bersiap-siap menyambutnya. Merekalah orang-orang bijak, yang meninggalkan dunia dengan penuh kehormatan dan tiba di akhirat dengan penuh kemuliaan.’

Abu Sa’id al-Khorroz (semoga Alloh merahmatinya) berkata : ‘Aku sedang berada di Mekkah al-Mukarromah, memasuki Masjidil Harom melalui pintu Bani Syaibah. Kulihat seorang pemuda yang tampan dalam keadaan meninggal dunia. Kulihat wajahnya, dia tersenyum dalam wajahku, dan berkata padaku, ‘Hai abu Sa’id, ketahuilah bahwa sesungguhnya para kekasih Alloh itu hidup, walaupun mereka mati. Mereka hanya dipindahkan dari satu rumah ke rumah lain.’

Suka atau tidak, maut adalah masalah ghoib terdekat yang sedang ditunggu kedatangannya, dan tidak akan datang menjemput pada waktu atau keadaan yang tertentu, akan tetapi maut pasti akan menjemput pada waktu yang tidak diketahui, baik dalam keadaan sehat, senang atau sakit dan sedih. Oleh karenanya, menyediakan diri untuk maut adalah lebih utama daripada menyediakan diri untuk dunia. Rosululloh,SAW., bersabda : ‘Apalah arti dunia bagiku. Hubunganku dengan dunia laksana seorang pengendara yang sedang berjalan di panas terik, tiba-tiba kelihatan olehnya sebatang pohon, lalu ia pun berteduh sejenak di bawahnya, sesaat kemudian ia pergi lagi dan meninggalkannya.’

Rosululloh,SAW., bersabda : ‘Perbanyaklah mengingat maut penghancur segala kelezatan.’ Hadis ini sungguh dalam maknanya, menunjukkan bahwa orang yang telah mampu melakukannya adalah orang-orang yang tamkin didalam maqom qonaah dan zuhud dari dunia ini. Dan sebaliknya, melupakan kematian dan memanjangkan angan-angan akan menjerumuskan manusia dalam berbagai macam kerugian, yaitu ia akan selalu mencintai dunia, berpayah-payah dalam mengumpulkan harta benda, bersenang-senang dengan syahwat dan kenikmatannya, bermegah-megah dengan perhiasannya di samping selalu menagguhkan diri untuk bertaubat dari segala dosa dan kesalahan dan malas untuk mengerjakan amalan-amalan yang saleh. Oleh sebab itu manusia menjadi buta hatinya, sebuah riwayat mengatakan, tatkala seorang istri ditinggal mati oleh suaminya, dia berkata : ‘Duhai celaka, siapa lagi yang akan memikirkan dan memberi makan anak-anak kami ?’ Seorang salik yang datang menziarahinya berkata : ‘Jangan memikirkan yang hidup tapi pikirkanlah yang mati, karena yang hidup segala sesuatunya telah dijamin oleh Alloh SWT, sedangkan yang mati amal-amalnya telah terputus, dan amat dasyat derita disana, oleh sebab itu doakan dia, dan hadiahkan semua amal ibadahmu untuknya, serta infakkan sebagian harta yang ditinggalkannya, begitulah yang aku dengar dari guruku.’

Syaikhuna (semoga Alloh merahmatinya) berkata : ‘Mendoakan atau menghadiahkan amal ibadah kepada orang yang sudah mati tidak akan tertolak, dan barangsiapa menghadiahkan amal ibadahnya maka yang dia peroleh akan berlipat ganda.’

Sayyidina Ali bin Abi Tholib (Karomallohu wajhah) pernah mengunjungi pekuburan di Madinah lalu berkata : ‘Wahai penghuni kubur, salam sejahtera untuk kalian, ceritakan kepada kami mengenai kabar kalian atau kamilah yang akan menceritakan kepada kalian ?,’ tak lama kemudian terdengar sebuah suara : ‘Salam sejahtera pula wahai Amirul Mukminin, silakan ceritakan dahulu pada kita tentang beberapa peristiwa yang terjadi setelah kita meninggal dunia.’ Imam Ali pun mulai bercerita : ‘Istri-istri kalian sekarang telah menikah lagi, harta-harta kalian telah dibagi-bagi, anak-anak kalian telah berkumpul dengan kumpulan anak yatim, bangunan yang telah kalian dirikan sekarang telah dihuni oleh musuh-musuh kalian, inilah berita mengenai kalian yang kami ketahui, lalu bagaimana berita mengenai kalian sendiri ?’ lalu suara itu bercerita : ‘Kafan-kafan kami telah robek, rambut-rambut kami juga telah bertebaran, kulit-kulit kami juga tercabik-cabik, pupil mata kami meleleh kepipi dan lobang-lobang hidung kami mengeluarkan nanah, segala yang kami tinggalkan, kami menyesalinya disini. Kami semua tergadai dengan amal-amal yang telah kami lakukan.’

Syaikh Muhammad Amin al Kurdi (Qoddasallohu Sirroh) berkata bahwa : ‘Arwah orang-orang yang beriman setiap harinya mendatangi langit dunia dan berhenti searah rumah mereka, ruh itu memanggil-manggil dengan suara yang amat mengharukan, “Wahai keluargaku, wahai kerabatku, wahai anakku, wahai orang-orang yang tinggal di rumah kami, yang memakai pakaian kami, yang membagi-bagikan harta kami, apakah masih ada di antara kalian yang mengingat kami dan memikirkan kami ketika kami jauh ? Tahukah kalian, kami sedang berada didalam penjara yang panjang dan benteng yang kokoh. Doakan kami mendapat rahmat, maka kalian pun akan dirahmati Alloh SWT. Jangan pelit kepada kami sebelum kalian menjadi seperti kami. Kelebihan harta yang sekarang kalian miliki dahulunya adalah milik kami, dulunya kami tidak pernah menginfakannya di jalan Alloh SWT. Pertanggung jawaban dan kehancurannya kami yang menanggung, sedangkan manfaat yang memperolehnya adalah orang lain. Bila kamu tidak segera menghentikan perilaku kalian, maka kalian akan menanggung penyesalan dan terhalang dari pahala.’

Rosululloh,SAW., bersabda : ‘Janganlah seseorang di antara kamu mati, kecuali ia menyimpan sangkaan baik terhadap Alloh SWT.’

Didalam hadis qudsi Alloh SWT berfirman : ‘Aku selalu dekat dengan sangkaan hamba-Ku tentang Aku, dan Aku bersamanya selama ia mengingat-Ku.’ Dan ‘Barangsiapa sangat menginginkan perjumpaan dengan Alloh, maka Alloh ingin berjumpa dengannya. Akan tetapi, barangsiapa yang tidak ingin berjumpa dengan Alloh, maka Alloh juga tidak ingin berjumpa dengannya.’
Sifat utama manusia adalah acuh tak acuh dalam memenuhi hak-hak Tuhan, akan tetapi sangat giat dan bersemangat didalam mengejar duniawi, mereka rela sebagian besar waktunya dihabiskan hanya untuk memburu harta bendawi dan beraneka ragam kenikmatannya. Hanya sebagian kecil waktu yang dipergunakan untuk beribadah, itupun dengan kualitas yang sangat rendah. Sebut saja seseorang yang hidup hingga umur lima puluh tahun, berarti ia telah menikmati segala fasilitas kehidupan yang gratis dari Alloh SWT selama delapan belas ribu hari, lalu berapa banyak nikmat yang diterima itu digunakan untuk peribadatan?, apakah pernah menjauh dari hiruk pikuk kehidupan dunia ini dan duduk satu hari semalam saja beribadah hanya dikhusukan untuk Alloh SWT semata? Lalu bagaimana mungkin hati yang sudah kadung berkarat itu dan menyatu dengan dunia ini, bisa meninggalkan dunia dan menuju alam barzakh dengan mudah? Bashiroh yang tertutup rapat oleh hijab-hijab yang dibuatnya sendiri, pada gilirannya akan membuat manusia tidak akan mempunyai prasangka yang baik terhadap Tuhannya, dan tidak ada pula keinginannya untuk bertemu dengan yang telah memberinya nikmat sepanjang kehidupannya. Alloh SWT berfirman didalam hadis qudsi : ‘Barangsiapa enggan bertemu dengan-Ku semasa di bumi, maka Aku pun tak sudi bertemu dengannya.’ Naudzubillah mindzalik, semoga Alloh SWT mensucikan kita dan memberikan ampunan-Nya. Semoga Alloh SWT memberikan bibit-bibit penyesalan kedalam dada kita dan merupakan karunia yang besar bila banyak menyesal di dunia ini lantas melakukan pertaubatan atas apa-apa yang telah tertinggal dari memenuhi hak-hak Tuhan dari pada menyesal di alam kubur nantinya, berkenaan dengan hal ini Alloh SWT berfiman dan memberitahukan keadaan orang-orang yang menyesal setalah matinya namun tidaklah berguna samasekali :
Alangkah baiknya sekiranya aku dahulu berbuat baik untuk kehidupan ini. (QS 89 : 24)

Ya Tuhanku, kembalikanlah aku ke dunia, supaya aku mengerjakan perbuatan baik dalam apa yang telah kutinggalkan. (QS 23 : 99–100)

Sumber: Dzikrul Maut
ALIF Sufi

========================================================================

Demi Allah, seandainya jenazah yang sedang kalian tangisi bisa berbicara sekejab, lalu menceritakan (pengalaman sakaratul mautnya) pada kalian, niscaya kalian akan melupakan jenazah tersebut, dan mulai menangisi diri kalian sendiri”. (Imam Ghoza...li mengutip atsar Al-Hasan). Sabda Rasulullah SAW : “Sakaratul maut itu sakitnya sama dengan tusukan tiga ratus pedang” (HR Tirmidzi) Sabda Rasulullah SAW : “Kematian yang paling ringan ibarat sebatang pohon penuh duri yang menancap di selembar kain sutera. Apakah batang pohon duri itu dapat diambil tanpa membawa serta bagian kain sutera yang tersobek ?” (HR.Bukhari) Atsar (pendapat) para sahabat Rasulullah SAW . Ka’b al-Ahbar berpendapat : “Sakaratul maut ibarat sebatang pohon berduri yang dimasukkan kedalam perut seseorang. Lalu, seorang lelaki menariknya dengan sekuat-kuatnya sehingga ranting itupun membawa semua bagian tubuh yang menyangkut padanya dan meninggalkan yang tersisa”. Imam Ghozali berpendapat : “Rasa sakit yang dirasakan selama sakaratul maut menghujam jiwa dan menyebar ke seluruh anggota tubuh sehingga bagian orang yang sedang sekarat merasakan dirinya ditarik-tarik dan dicerabut dari setiap urat nadi, urat syaraf, persendian, dari setiap akar rambut dan kulit kepala hingga kaki”.


Imam Ghozali juga mengutip suatu riwayat ketika sekelompok Bani Israil yang sedang melewati sebuah pekuburan berdoa pada Allah SWT agar Ia menghidupkan satu mayat dari pekuburan itu sehingga mereka bisa mengetahui gambaran sakaratul maut. Dengan izin Allah melalui suatu cara tiba-tiba mereka dihadapkan pada seorang pria yang muncul dari salah satu kuburan. “Wahai manusia !”, kata pria tersebut. “Apa yang kalian kehendaki dariku? Limapuluh tahun yang lalu aku mengalami kematian, namun hingga kini rasa perih bekas sakaratul maut itu belum juga hilang dariku.” Proses sakaratul maut bisa memakan waktu yang berbeda untuk setiap orang, dan tidak dapat dihitung dalam ukuran detik seperti hitungan waktu dunia ketika kita menyaksikan detik-detik terakhir kematian seseorang. Mustafa Kemal Attaturk, bapak modernisasi (sekularisasi) Turki, yang mengganti Turki dari negara bersyariat Islam menjadi negara sekular, dikabarkan mengalami proses sakaratul maut selama 6 bulan (walau tampak dunianya hanya beberapa detik), seperti dilaporkan oleh salah satu keturunannya melalui sebuah mimpi. Rasa sakit sakaratul maut dialami setiap manusia, dengan berbagai macam tingkat rasa sakit, ini tidak terkait dengan tingkat keimanan atau kezhaliman seseorang selama ia hidup. Sebuah riwayat bahkan mengatakan bahwa rasa sakit sakaratul maut merupakan suatu proses pengurangan kadar siksaan akhirat kita kelak. Demikianlah rencana Allah. Wallahu a’lam bis shawab.
 
1.~ Sakaratul Maut Orang-orang Zhalim Imam Ghozali mengutip sebuah riwayat yang menceritakan tentang keinginan Ibrahim as untuk melihat wajah Malaikatul Maut ketika mencabut nyawa orang zhalim. Allah SWT pun memperlihatkan gambaran perupaan Malaikatul Maut sebagai seorang pria besar berkulit legam, rambut berdiri, berbau busuk, memiliki dua mata, satu didepan satu dibelakang, mengenakan pakaian serba hitam, sangat menakutkan, dari mulutnya keluar jilatan api, ketika melihatnya Ibrahim as pun pingsan tak sadarkan diri. Setelah sadar Ibrahim as pun berkata bahwa dengan memandang wajah Malaikatul Maut rasanya sudah cukup bagi seorang pelaku kejahatan untuk menerima ganjaran hukuman kejahatannya, padahal hukuman akhirat Allah jauh lebih dahsyat dari itu. Kisah ini menggambarkan bahwa melihat wajah Malakatul Maut saja sudah menakutkan apalagi ketika sang Malaikat mulai menyentuh tubuh kita, menarik paksa roh dari tubuh kita, kemudian mulai menghentak-hentak tubuh kita agar roh (yang masih cinta dunia dan enggan meninggalkan dunia) lepas dari tubuh kita ibarat melepas akar serabut-serabut baja yang tertanam sangat dalam di tanah yang terbuat dari timah keras. Itulah wajah Malaikatul Maut yang akan mendatangi kita kelak dan memisahkan roh dari tubuh kita. Itulah wajah yang seandainya kita melihatnya dalam mimpi sekalipun maka kita tidak akan pernah lagi bisa tertawa dan merasakan kegembiraan sepanjang sisa hidup kita. Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakratulmaut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata): “Keluarkanlah nyawamu”. Di hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya. (QS Al-An’am 6:93) Di akhir sakaratul maut, seorang manusia akan diperlihatkan padanya wajah dua Malaikat Pencatat Amal. Kepada orang zhalim, si malaikat akan berkata, “Semoga Allah tidak memberimu balasan yang baik, engkaulah yang membuat kami terpaksa hadir kami ke tengah-tengah perbuatan kejimu, dan membuat kami hadir menyaksikan perbuatan burukmu, memaksa kami mendengar ucapan-ucapan burukmu. Semoga Allah tidak memberimu balasan yang baik ! “ Ketika itulah orang yang sekarat itu menatap lesu ke arah kedua malaikat itu. Ketika sakaratul maut hampir selesai, dimana tenaga mereka telah hilang dan roh mulai merayap keluar dari jasad mereka, maka tibalah saatnya Malaikatul Maut mengabarkan padanya rumahnya kelak di akhirat. Rasulullah SAW pernah bersabda, “Tak seorangpun diantara kalian yang akan meninggalkan dunia ini kecuali telah diberikan tempat kembalinya dan diperlihatkan padanya tempatnya di surga atau di neraka”. Dan inilah ucapan malaikat ketika menunjukkan rumah akhirat seorang zhalim di neraka, “Wahai musuh Allah, itulah rumahmu kelak, bersiaplah engkau merasakan siksa neraka”. Naudzu bila min dzalik! 


2.~ Sakaratul Maut Orang-orang Yang Bertaqwa Sebaliknya Imam Ghozali mengatakan bahwa orang beriman akan melihat rupa Malaikatul Maut sebagai pemuda tampan, berpakaian indah dan menyebarkan wangi yang sangat harum. Dan dikatakan kepada orang-orang yang bertakwa: “Apakah yang telah diturunkan oleh Tuhanmu?” Mereka menjawab: “(Allah telah menurunkan) kebaikan”. Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini mendapat (pembalasan) yang baik. Dan sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik dan itulah sebaik-baik tempat bagi orang yang bertakwa, (yaitu) surga Adn yang mereka masuk ke dalamnya, mengalir di bawahnya sungai-sungai, di dalam surga itu mereka mendapat segala apa yang mereka kehendaki. Demikianlah Allah memberi balasan kepada orang-orang yang bertakwa. (yaitu) orang-orang yang diwafatkan dalam keadaan baik oleh para malaikat dengan mengatakan (kepada mereka): “Assalamu alaikum, masuklah kamu ke dalam surga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan”. (QS, An-Nahl, 16 : 30-31-32) Dan saat terakhir sakaratul mautnya, malaikatpun akan menunjukkan surga yang akan menjadi rumahnya kelak di akhirat, dan berkata padanya, “Bergembiaralah, wahai sahabat Allah, itulah rumahmu kelak, bergembiralah dalam masa-masa menunggumu”. Wallahu A’lam Bishshawab. Semoga kita yang masih hidup dapat selalu dikaruniai hidayah-Nya, berada dalam jalan yang benar, selalu istiqomah dalam keimanan, dan termasuk umat yang dimudahkan-Nya, selama hidup di dunia, di akhir hidup, ketika sakaratul maut, di alam barzakh, di Padang Mahsyar, di jembatan jembatan Sirath-al mustaqim, dan seterusnya. Amiin YRA ! Dari sahabat Aril Rahman

Sumber: Tausiyah dan Kata Mutiara

======================================================================

Gangguan iblis ketika sakaratul maut....

Hanya orang2 yang tergolong daripada orang2 yang beriman,beramal soleh dan orang2 yang hatinya mulia setiasa mengingati Allah tanpa henti dan tanpa jemu saja yang dapat mengatasi sakaratul maut ni nanti.....Takut sungguh bila Kak Ros membaca ni semua....Adakah diri kita ni mampu mengatasi sakaratul maut ni nanti dengan jayanya.........


Iblis Datang Mengganggu Ketika Sakaratul Maut ...
Syaitan dan Iblis akan sentiasa mengganggu manusia, bermula dengan memperdayakan manusia dari terjadinya dengan setitik mani hinggalah ke akhir hayat mereka, dan yang paling dahsyat ialah sewaktu akhir hayat iaitu ketika sakaratul maut. Iblis mengganggu manusia sewaktu sakaratul maut disusun menjadi 7 golongan dan rombongan. Hadith Rasulullah SAW. menerangkan: 
Yang bermaksud: “Ya Allah aku berlindung dengan Engkau daripada perdayaan syaitan di waktu maut.” 


Rombongan 1

Akan datang Iblis dengan banyaknya dengan berbagai rupa yang pelik dan aneh seperti emas, perak dan lain-lain, serta sebagai makanan dan minuman yang lazat-lazat. Maka disebabkan orang yang di dalam sakaratul maut itu di masa hidupnya sangat tamak dan loba kepada barang-barang tersebut, maka diraba dan disentuhnya barangan Iblis itu, di waktu itu nyawanya putus dari tubuh. Inilah yang dikatakan mati yang lalai dan lupa kepada Allah SWT inilah jenis mati fasik dan munafik, ke nerakalah tempatnya.

Rombongan 2

Akan datang Iblis kepada orang yang didalam sakaratul maut itu merupakan diri sebagai rupa binatang yang di takuti seperti, Harimau, Singa, Ular dan Kala yang berbisa. Maka Apabila yang sedang didalam sakaratul maut itu memandangnya saja kepada binatang itu, maka dia pun meraung dan melompat sekuat hati. Maka seketika itu juga akan putuslah nyawa itu dari badannya, maka matinya itu disebut sebagai mati lalai dan mati dalam keadaan lupa kepada Allah SWT, matinya itu sebagai Fasik dan Munafik dan ke nerakalah tempatnya.

Rombongan 3 

Akan datang Iblis mengacau dan memperdayakan orang yang di dalam sakaratul maut itu dengan merupakan dirinya kepada binatang yang menjadi minat kepada orang yang hendak mati itu, kalau orang yang hendak mati itu berminat kepada burung, maka dirupai dengan burung, dan jika dia minat dengan Kuda lumba untuk berjudi, maka dirupakan dengan Kuda lumba (judi). Jika dia minat dengan dengan ayam sabung, maka dirupakan dengan ayam sabung yang cantik. Apabila tangan orang yang hendak mati itu meraba-raba kepada binatang kesayangan itu dan waktu tengah meraba-raba itu dia pun mati, maka matinya itu di dalam golongan yang lalai dan lupa kepada Allah SWT. Matinya itu mati Fasik dan Munafik, maka nerakalah tempatnya.

Rombongan 4

Akan datang Iblis merupakan dirinya sebagai rupa yang paling dibenci oleh orang yang akan mati, seperti musuhnya ketika hidupnya dahulu maka orang yang di dalam sakaratul maut itu akan menggerakkan dirinya untuk melakukan sesuatu kepada musuh yang dibencinya itu. Maka sewaktu itulah maut pun datang dan matilah ia sebagai mati Fasik dan Munafik, dan nerakalah tempatnya

Rombongan 5 

Akan datang Iblis merupakan dirinya dengan rupa sanak-saudara yang hendak mati itu, seperi ayah ibunya dengan membawa makanan dan minuman, sedangkan orang yang di dalam sakaratul maut itu sangat mengharapkan minuman dan makanan lalu dia pun menghulurkan tangannya untuk mengambil makanan dan minuman yang dibawa oleh si ayah dan si ibu yang dirupai oleh Iblis, berkata dengan rayu-merayu “Wahai anakku inilah sahaja makanan dan bekalan yang kami bawakan untukmu dan berjanjilah bahawa engkau akan menurut kami dan menyembah Tuhan yang kami sembah, supaya kita tidak lagi bercerai dan marilah bersama kami masuk ke dalam syurga.” Maka dia pun sudi mengikut pelawaan itu dengan tanpa berfikir lagi, ketika itu waktu matinya pun sampai maka matilah dia di dalam keadaan kafir, kekal ia di dalam neraka dan terhapuslah semua amal kebajikan semasa hidupnya.

Rombongan 6 

Akan datanglah Iblis merupakan dirinya sebagai ulamak-ulamak yang membawa banyak kitab-kitab, lalu berkata ia: “Wahai muridku, lamalah sudah kami menunggu akan dikau, berbagai ceruk telah kami pergi, rupanya kamu sedang sakit di sini, oleh itu kami bawakan kepada kamu doktor dan bomoh bersama dengan ubat untukmu.” Lalu diminumnya ubat, itu maka hilanglah rasa penyakit itu, kemudian penyakit itu datang kembali. Lalu datanglah pula Iblis yang menyerupai ulamak dengan berkata: “Kali ini kami datang kepadamu untuk memberi nasihat agar kamu mati didalam keadaan baik, tahukah kamu bagaimana hakikat Allah?” Berkata orang yang sedang dalam sakaratul maut: “Aku tidak tahu.” Berkata ulamak Iblis: “Ketahuilah, aku ini adalah seorang ulamak yang tinggi dan hebat, baru sahaja kembali dari alam ghaib dan telah mendapat syurga yang tinggi. 
Cubalah kamu lihat syurga yang telah disediakan untukmu, kalau kamu hendak mengetahui Zat Allah SWT hendaklah kamu patuh kepada kami.” Ketika itu orang yang dalam sakaratul maut itu pun memandang ke kanan dan ke kiri, dan dilihatnya sanak-saudaranya semuanya berada di dalam kesenangan syurga, (syurga palsu yang dibentangkan oleh Iblis bagi tujuan mengacau orang yang sedang dalam sakaratul maut). Kemudian orang yang sedang dalam sakaratul maut itu bertanya kepada ulamak palsu: “Bagaimanakah Zat Allah?” Iblis merasa gembira apabila jeratnya mengena. Lalu berkata ulamak palsu: “Tunggu, sebentar lagi dinding dan tirai akan dibuka kepadamu.” Apabila tirai dibuka selapis demi selapis tirai yang berwarna warni itu, maka orang yang dalam sakaratul maut itu pun dapat melihat satu benda yang sangat besar, seolah-olah lebih besar dari langit dan bumi.

Rombongan 7 

Rombongan Iblis yang ketujuh ini Iblis terdiri dari 72 barisan sebab menjadi 72 barisan ialah kerana dia menepati Iktikad Muhammad SAW bahawa umat Muhammad akan terbahagi kepada 73 puak (barisan). Satu puak sahaja yang benar (ahli sunnah waljamaah) 72 lagi masuk ke neraka kerana sesat. Ketahuilah bahawa Iblis itu akan mengacau dan mengganggu anak Adam dengan 72 macam yang setiap satu berlain di dalam waktu manusia sakaratul maut. Oleh itu hendaklah kita mengajarkan kepada orang yang hampir meninggal dunia akan talkin Laa Ilaaha Illallah untuk menyelamatkan dirinya dari gangguan Iblis dan syaitan yang akan berusaha bersungguh-sungguh mengacau orang yang sedang dalam sakaratul maut. Bersesuaian dengan sebuah hadith yang bermaksud: “Ajarkan oleh kamu (orang yang masih hidup) kepada orang yang hampir mati itu: Laa Ilaaha Illallah.”

======================================================================

“Kalau sekiranya kamu dapat melihat malaikat-malaikat mencabut nyawa orang-orang yang kafir seraya memukul muka dan belakang mereka serta berkata :
“Rasakanlah olehmu siksa neraka yang membakar.” (niscaya kamu akan merasa sangat ngeri) (QS. Al-Anfal {8} : 50).

“Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakaratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya (sambil berkata: “Keluarkanlah nyawamu !”


Pada hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Alloh (perkataan) yang tidak benar dan kerena kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya”.(Qs. Al-An’am 93).

Cara Malaikat Izrail mencabut nyawa tergantung dari amal perbuatan orang yang bersangkutan, bila orang yang akan meninggal dunia itu durhaka kepada Alloh, maka Malaikat Izrail mencabut nyawa secara kasar.

Sebaliknya, bila terhadap orang yang soleh, cara mencabutnya dengan lemah lembut dan dengan hati-hati.
Namun demikian peristiwa terpisahnya nyawa dengan raga tetap teramat menyakitkan.
“Sakitnya sakaratul maut itu, kira-kira tiga ratus kali sakitnya dipukul pedang”. (H.R. Ibnu Abu Dunya).

Di dalam kisah Nabi Idris a.s, beliau adalah seorang ahli ibadah, kuat mengerjakan sholat sampai puluhan raka’at dalam sehari semalam dan selalu berzikir di dalam kesibukannya sehari-hari. Catatan amal Nabi Idris a.s yang sedemikian banyak, setiap malam naik ke langit. Hal itulah yang sangat menarik perhatian Malaikat Maut, Izrail.

Maka bermohonlah ia kepada Alloh Swt agar di perkenankan mengunjungi Nabi Idris a.s. di dunia. Alloh Swt, mengabulkan permohonan Malaikat Izrail, maka turunlah ia ke dunia dengan menjelma sebagai seorang lelaki tampan,dan bertamu kerumah Nabi Idris.

“Assalamu’alaikum, yaa Nabi Alloh”. Salam Malaikat Izrail,
“Wa’alaikum salam wa rahmatulloh”. Jawab Nabi Idris a.s.
Beliau sama sekali tidak mengetahui, bahwa lelaki yang bertamu ke rumahnya itu adalah Malaikat Izrail.
Seperti tamu yang lain, Nabi Idris a.s. melayani Malaikat Izrail, dan ketika tiba saat berbuka puasa, Nabi Idris a.s. mengajaknya makan bersama, namun di tolak oleh Malaikat Izrail.

Selesai berbuka puasa, seperti biasanya, Nabi Idris a.s mengkhususkan waktunya “menghadap”. Alloh sampai keesokan harinya. Semua itu tidak lepas dari perhatian Malaikat Izrail. Juga ketika Nabi Idris terus-menerus
berzikir dalam melakukan kesibukan sehari-harinya, dan hanya berbicara yang baik-baik saja.

Pada suatu hari yang cerah, Nabi Idris a.s mengajak jalan-jalan ”tamunya” itu ke sebuah perkebunan di mana pohon-pohonnya sedang berbuah, ranum dan menggiurkan. “Izinkanlah saya memetik buah-buahan ini untuk kita”. pinta Malaikat Izrail (menguji Nabi Idris a.s).

“Subhanalloh, (Maha Suci Alloh)” kata Nabi Idris a.s.
“Kenapa ?” Malaikat Izrail pura-pura terkejut.
“Buah-buahan ini bukan milik kita”. Ungkap Nabi Idris a.s.
Kemudian Beliau berkata: “Semalam anda menolak makanan yang halal, kini anda menginginkan makanan yang haram”.
Malaikat Izrail tidak menjawab. Nabi Idris a.s perhatikan wajah tamunya yang tidak merasa bersalah. Diam-diam beliau penasaran tentang tamu yang belum dikenalnya itu. Siapakah gerangan ? pikir Nabi Idris a.s.
“Siapakah engkau sebenarnya ?” tanya Nabi Idris a.s.
“Aku Malaikat Izrail”. Jawab Malaikat Izrail.
Nabi Idris a.s terkejut, hampir tak percaya, seketika tubuhnya bergetar tak berdaya.
“Apakah kedatanganmu untuk mencabut nyawaku ?” selidik Nabi Idris a.s serius.
“Tidak” Senyum Malaikat Izrail penuh hormat.
“Atas izin Alloh, aku sekedar berziarah kepadamu”. Jawab Malaikat Izrail.
Nabi Idris manggut-manggut, beberapa lama kemudian beliau hanya terdiam.
“Aku punya keinginan kepadamu”. Tutur Nabi Idris a.s
“Apa itu ? katakanlah !”. Jawab Malaikat Izrail.
“Kumohon engkau bersedia mencabut nyawaku sekarang. Lalu mintalah kepada Alloh SWT untuk menghidupkanku kembali, agar bertambah rasa takutku kepada-Nya dan meningkatkan amal ibadahku”. Pinta Nabi Idris a.s.
“Tanpa seizin Alloh, aku tak dapat melakukannya”, tolak Malaikat Izrail.
Pada saat itu pula Alloh SWT memerintahkan Malaikat Izrail agarmengabulkan permintaan Nabi Idris a.s.

Dengan izin Alloh Malaikat Izrail segera mencabut nyawa Nabi Idris a.s. sesudah itu beliau wafat.
Malaikat Izrail menangis, memohonlah ia kepada Alloh SWT agar menghidupkan Nabi Idris a.s. kembali. Alloh mengabulkan permohonannya.

Setelah dikabulkan Allah Nabi Idris a.s. hidup kembali. ”Bagaimanakah rasa mati itu, sahabatku ?” Tanya Malaikat Izrail.
“Seribu kali lebih sakit dari binatang hidup dikuliti”. Jawab Nabi Idris a.s.
“Caraku yang lemah lembut itu, baru kulakukan terhadapmu”.Kata Malaikat Izrail.
MasyaAlloh, lemah-lembutnya Malaikat Maut (Izrail) itu terhadap Nabi Idris a.s.
Bagaimanakah jika sakaratul maut itu, datang kepada kita ?
Siapkah kita untuk menghadapinya ?
“Sebarkanlah walau hanya satu ayat”

Wassalamualaikum wr.wb.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar