Selasa, 17 April 2012

Gerombolan Gang Motor Ditembak, Yang Kena Anggota TNI? Ada Apa Ini?

Penyidik Kepolisian Daerah Metropolitan Jakarta Raya menunggu pulihnya kondisi dua anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang tertembak, guna diminta keterangan terkait penyerangan gerombolan motor terhadap pemuda. 

“Saat ini, kedua korban masih dalam perawatan di rumah sakit, akibat luka tembak,” kata Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Polisi Rikwanto di Jakarta, Senin (16/4). 


Kombes Rikwanto mengatakan penyidik akan memeriksa korban setelah kondisi kedua anggota TNI tersebut pulih, guna menyelidiki pelaku penembakan. 

Kabid Humas Polda Metro Jaya, menyebutkan, penyidik menduga kedua anggota TNI termasuk gerombolan motor yang terlibat keributan. 

Sebelumnya, gerombolan pengendara motor menyerang para pemuda pada delapan lokasi berbeda di sekitar wilayah Jakarta dan sekitarnya, Jumat (13/4) dinihari. 
Tercatat sedikitnya satu orang tewas dan delapan orang luka berat akibat penyerangan tersebut. 
Usai menyerang, gerombolan motor melintasi Jalan Pramuka Raya bertemu pengendara mobil yang melepaskan tembakan ke arah kelompok penyerangan tersebut. 

Tembakan dari pengendara mobil itu, mengenai anggota Kostrad Divisi 2 Malang, Pratu Apm Sugeng Riyadi pada bagian telinga kanan dan Prada Akbar Pidialdian Pengendara mobil yang melepaskan tembakan tersebut, melarikan diri ke arah Rawasari dan masuk jalur tol. 
Jika benar tembakan pengendara mobil ke arah grombolan geng motor dan mengenai 2 anggotanya dan belakangan diketahui anggota TNI aktif, kenapa Mabes TNI masih membantah anak buahnya terlibat gang motor? Apa kata Dunia? Mau dibawa kemana negeri ini?

======================================================================
Markas Besar TNI Angkatan Laut membantah


Markas Besar TNI Angkatan Laut membantah anggotanya yang melakukan penyerangan di beberapa titik di wilayah Jakarta Pusat semalam
“Sekarang sudah jadi tren. 
Siapa saja bisa berpenampilan rambut cepak.” 




“Saya sudah kroscek ke Panglima tidak ada itu. Saya sudah berkali-kali bantah. Tidak ada hubungan,” kata Kepala Pusat Penerangan TNI AL Laksamana Pertama Untung Suropati dalam perbincangan dengan VIVAnews. 

Untung menegaskan, ciri-ciri para penyerang berambut cepak itu jangan lalu diidentikkan dengan anggota TNI. Karena pria berambut cepak itu bisa siapa saja. 

“Disebutkan itu kan rambutnya cepak, kaos militer. Saya balik tanya memangnya begitu tentara? Sekarang sudah jadi tren. Siapa saja bisa berpenampilan rambut cepak,” kata Untung. 

Untung menegaskan, militer itu bersifat komando. Jadi sangat tidak mungkin ada perintah penyerangan dari panglima atau dari atasannya. Insiden penyerangan bukan hanya terjadi semalam, tapi sudah sekitar tiga kali peristiwa. Untung juga membantah ada anggota TNI AL melakukan penyerangan-penyerangan itu. 

Geng motor kembali beraksi. Ratusan pengendara motor menyerang sekelompok orang yang tengah berkumpul di minimarket 7-Eleven, Jalan Salemba Raya, Paseban, Jakarta Pusat, Jumat 13 April 2012. Satu orang tewas, beberapa lainnya mengalami luka parah. 

Gerombol bermotor menyerang warga  7-Eleven, Salemba Jakarta 

Sudah tiga orang tewas dalam aksi penyerangan yang dilakukan gerombolan tak dikenal dalam sepekan terakhir di Jakarta menjelang pagi. Meski tidak langsung, tapi polisi menduga kejadian penyerangan itu ada kaitannya dengan kematian anggota TNI Angkatan Laut, Kelasi (KLS) Arifin, oleh anggota geng motor di kawasan Pademangan, Jakarta Utara, pada 31 Maret 2012 lalu. 

Aksi brutal kelompok tak dikenal itu pertama kali terjadi di SPBU Shell, Danau Sunter, Jakarta Utara, pada 7 April 2012. Soleh (19), meninggal akibat luka tusuk. Aksi ini sempat terekam kamera CCTV di dalam mimimarket

Belum lagi polisi selesai menyelidiki aksi brutal itu, kejadian penyerangan dan perusakan kembali terjadi. Kali ini di sepanjang Jalan Pramuka dan di minimarket 7-Eleven, Jalan Salemba Raya, Paseban, Jakarta Pusat, Jumat dini hari, 13 April 2012. Satu korban bernama Anggi Darmawan, meninggal dunia setelah menjalani perawatan di Rumah Sakit Islam Cempaka Putih. Korban mengalami luka tusuk di beberapa bagian tubuhnya. 

Gerombol bermotor yang berjumlah 200 orang itu datang dari arah Matraman, sambil menenteng senjata tajam. Sejumlah warga bahkan melihat beberapa dari mereka mengacung-acungkan senjata api. 
Menurut Joko, warga yang ada di kawasan Jalan Raya Pramuka, gerombol orang itu berambut cepak, datang dan langsung merusak setiap motor yang terparkir di pinggir jalan dan memukuli orang yang sedang duduk-duduk di dekatnya. 

Seorang korban kebrutalan geng motor yang mengalami luka berat, Nendi Haryanto (22) menceritakan kepada VIVAnews, mengenai kedatangan orang berbadan tegap yang menghabisi nyawa temannya. 
“Sekitar pukul 03.00 WIB, ada belasan orang yang memukuli Anggi,” kata Nendi Haryanto di RS Islam Cempaka Putih, Jakarta Pusat, Jumat 13 April 2012. 
Saat itu, Nendi dan Anggi sedang bersama teman-temannya melintasi Jalan Pramuka setelah mengunjungi rumah rekan mereka. Dalam perjalanan pulang, belasan orang tak dikenal yang juga menggunakan motor memepet mereka dan langsung memukulinya. Penyerang itu membawa balok kayu dan senjata tajam. 
Tidak banyak yang dingat saat itu, Nendi hanya tahu, kebanyakan dari penyerang memakai pakaian serba hitam. Selain dipukuli, Nendi juga kehilangan motor Jupiter MX B 6303 SNI miliknya, juga sejumlah barang seperti helm, ponsel, dan dompet. “Saya tak ingat setelah itu, karena saya pingsan,” katanya. 

Sebelumnya, gerombolan motor ini juga melakukan perusakan dan penyerangan kepada pengujung di minimarket 7-Eleven, Jalan Salemba Raya, Jakarta Pusat, sekitar pukul 02.30 WIB. 

Dijelaskan Kasat Reskrim Jakarta Pusat, Ajun Komisaris Besar Hengki Haryadi, puluhan orang itu masuk ke areal minimarket dan langsung menyerang pengunjung yang sedang duduk di tempat itu. 

Sementara itu seorang karyawan 7-Eleven yang tidak bersedia disebut identitasnya, menjelaskan, geng motor itu datang bergerombol dan langsung masuk ke halaman parkir minimarket. Meja, bangku, serta kaca pintu dirusak. Pada saat aksi itu terjadi, pengunjung langsung panik. Ada yang berlari ke jalan dan ada yang masuk ke dalam toko. Mereka turun dengan membawa samurai dan balok. Mereka langsung masuk dan mengacak-acak toko,” katanya. 
Dalam kejadian itu, Roby (20), warga Paseban Barat, mengalami luka sobek di telapak tangan akibat sabetan senjata tajam. Sementara Ade Pirmanto (30), warga Rawa Selatan, Johar Baru, mengalami luka di bagian kepala kanan. Selain melukai pengunjung, dua unit motor dirusak. Mereka juga menjarah dua telepon genggam Blackberry dan Samsung Android. 

Kepolisian Daerah Metro Jaya bahkan mendapat laporan, bahwa kelompok orang tak dikenal itu sudah mengamuk dan melakukan perusakan di sejumlah kawasan di Jakarta Utara, sejak pukul 01.30 WIB. 

Lokasi pertama yang menjadi sasaran adalah sekitar kantor PT DOK Bayu Bahari, Jalan Industri Pelabuhan Tanjung Priok. Mereka melukai ZaenaL Arifin (32), warga Koja, dan Heri Susanto (33), warga Bogor. Mobil Toyota Rush B 72 RM juga ikut dirusak. Sekitar pukul 01.40 WIB, kelompok ini melintasi kantor Polsek Tanjung Priok, Jakarta Utara. Sebagian dari mereka kembali bertindak anarkis dengan melempari kantor polisi dengan batu. 

Berselang lima menit, mereka mengamuk di kawasan Pasar Warakas, dan mencederai warga bernama Nachrowi (17). Sekitar pukul 01.50 WIB, sejumlah orang yang sedang duduk-duduk di depan toko bingkai Jalan Warakas Raya, ikut merasakan kebrutalan gerombolan ini. Ramdani (20) mengalami luka akibat dikeroyok. Dan pada pukul 02.00 WIB, gerombolan ini merusak Pos Volker, dan melukai Tohirman Widodo (25). Setelah di kawasan Jakarta Utara, kelompok ini kemudian bergerak ke kawasan Jakarta Pusat, dan menyerang orang di sekitar Jalan Raya Pramuka dan minimarket 7-Eleven, Salemba. 

======================================================================
Gunakan Pita Kuning

Bila sebelumnya gerombolan orang tak kenal yang melakukan penganiayaan dan membunuh di SPBU Shell Danau Sunter, Jakarta Utara, menandakan diri dengan cat putih di wajah. 

Kini gerombolan motor yang melakukan perusakan di delapan titik di kawasan Jakarta Utara dan Jakarta Pusat, menggunakan tanda pita berwana kuning di lengan bajunya sebelah kiri. 




“Jika dilihat ciri-cirinya dan bagaimana mereka melakukan kegiatan perusakan, ada kemiripan dengan yang terjadi sebelumnya. Terkait pita kuning yang diperoleh dari kesaksian di lapangan akan didalami lagi,” ujar Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Rikwanto, Jumat 13 April 2012. 

Peristiwa itu kata Rikwanto, merupakan bentuk tindak pidana murni. Tapi polisi memastikan bahwa kelompok ini sudah berniat untuk mangacau. 
Rikwanto juga menduga kejadian penyerangan di Jakarta belakangan ini punya kemiripan dengan kasus penyerangan di Aceh, bersamaan menjelang Pilkada. Tetapi, di Aceh yang menjadi sasaran adalah atribut kampanye dan individu yang terkait dengan cagub sementara di Jakarta sasaran penyerangan adalah warga dan kantor polisi. 

Sementara itu, Markas Besar TNI Angkatan Laut berkali-kali sudah membantah bahwa kejadian perusakan dan penganiayaan di SPBU Shell dan di sejumlah wilayah pada dini hari tadi, bukan dilakukan oleh anggotanya. “Saya sudah kroscek ke Panglima tidak ada itu. Saya sudah berkali-kali bantah. Tidak ada hubungan,” kata Kepala Pusat Penerangan TNI AL Laksamana Pertama Untung Suropati dalam perbincangan dengan VIVAnews. 

Untung menegaskan, ciri-ciri para penyerang berambut cepak itu jangan lalu diidentikkan dengan anggota TNI. Karena pria berambut cepak itu bisa siapa saja. Kembali ditegaskan Untung, militer itu bersifat komando. Jadi sangat tidak mungkin ada perintah penyerangan dari panglima atau dari atasannya. 

Kapolda Metro Jaya Inspektur Jenderal Untung S Rajab ikut menyoroti kasus ini. Koordinasi dengan beberapa pihak untuk mengungkap penyerangan geng motor di delapan titik Ibukota, dini hari tadi sudah dilakukan. Sebanyak 250 personel gabungan dari Polda Metro Jaya, Polres Metro Jakarta Pusat, Polres Metro Jakarta Utara, dan Polisi Militer Angkatan Laut akan melakukan patroli bersama. Patroli dilakukan untuk mencegah penyerangan kelompok geng motor terulang. 
======================================================================
Geng Motor Ditembak?

Berselang sejam kemudian, sekitar pukul 03.00 WIB, setelah aksi kekerasan di Jalan Raya Pramuka dan di minimarket 7-Eleven, Salemba, aksi kekerasan kembali terjadi. 

Berdasarkan informasi, tepatnya di Jalan Pramuka, Jakarta Pusat. Ketika itu sekelompok pengrusak di minimarket 7-Eleven tengah berkonvoi dengan sepeda motor, tiba-tiba dari dalam sebuah mobil Toyota Yaris memberondong tembakan. 
Akibatnya, dua pengendara sepeda motor yang berkelompok itu terkena tembak. Diketahui, dua orang tersebut adalah anggota TNI. 

Setelah menembak, pelaku langsung kabur ke arah Rawa Sari dan masuk tol antara Tol Rawa Sari dan Tol Rawamangun. Sementara, kedua korban penembakan langsung dibawa ke Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto. 

Kepala Pusat Penerangan TNI Angkatan Laut, Laksamana Pertama Untung Suropati membenarkan ada anggota TNI yang tertembak dinihari tadi. “Satu anggota kita tertembak dan satu lagi dari Angkatan Darat,” katanya kepadaVIVAnews. 

Dua anggota TNI itu yakni, Pratu Apm Sugeng Riyadi, anggota lembaga farmasi TNI AL, dan Prada Akbar Fidi Aldian dari Yonif Linud 503 Kostrad. Untung menyatakan, pihaknya sudah berkoordinasi dengan pihak kepolisian terkait kejadian tersebut. Lalu kenapa anggota TNI tertembak tadi malam? 
“Justru di situlah masalahnya. Karena kami sebagai korban. Jadi tentunya tanya ke Polda, kenapa bisa ada penembakan,” kata Untung. 

“Kejadian tanggal 31 Maret (anggota TNI AL tewas dikeroyok geng motor) itu kan belum tuntas. Justru ini jadi pekerjaan rumah yang kedua buat polisi,” ucapnya. 

Daftarkorbantewas
  1. Anggota TNI AL Kelasi (KLS) Arifin, anggota Pangkalan Armada Maritim RI wilayah Barat (Pangarmabar). Korban tewas karena luka tusuk pada 31 Maret 2012.
  2. Soleh (19) meninggal karena dianiaya kelompok orang tak dikenal di SPBU Shell, Danau Sunter, Jakarta Utara.
  3. Anggi Darmawan, meninggal setelah menjalani perawatan di Rumah Sakit Islam Cempaka Putih, Jakarta Pusat. Korban mengalami luka tusuk di beberapa bagian tubuhnya dan mengalami pendarahan. 
Korban luka-luka
  1. Zaenal (18), luka di kepala (di SPBU Shell).
  2. Reza (19), seorang pelajar dan luka tusuk pada tengkuk (di SPBU Shell).
  3. Muhamad Syarif (20), luka sobek sebelah mata kanan (di Kemayoran).
  4. Mul (22) dengan luka sobek punggung kiri (di Kemayoran).
  5. Fajri (26), sobek punggung kanan (di Kemayoran)
  6. Reza Palupi (24), luka tusuk di punggung (di Kemayoran).
  7. ZaenaL Arifin (32).
  8. Heri Susanto (33).
  9. Nachrowi (17).
  10. Ramdani (20).
  11. Tohirman bin Widodo (25).
  12. Ade Kirmawan (22).
  13. Robi (20).
  14. Nendi Haryanto (22). 
Kerugian harta benda 
  1. Sebuah motor Yamaha Cripton B 3186 PX dibakar (di Kemayoran).
  2. Dua motor dibakar dan tiga dirusak saat kejadian di Jalan Raya Pramuka.
  3. Yamaha Mio B 6359 FMZ, jok disayat senjata sajam.
  4. Honda Scoopy B 2528 TDT, spedometer pecah.
  5. Honda Vario B 6s485 TND, lampu sen sebelah kiri depan dan spedometer pecah.
  6. Honda Revo B6392BYS, spedometer kaca spion dirusak. 
Kerugian lain, saat aksi penyerangan di minimarket 7-Eleven di kawasan Salemba, pelaku menjarah dua telepon genggam Blackberry dan Samsung Android.
======================================================================
Menkopolhukam Perintahkan Polri dan TNI Tangkap Geng Motor

Semakin meresahkannya tindak tanduk geng motor di Ibukota hari-hari ini membuat pemerintah pusat akhirnya turut campur tangan juga dalam menyelesaikan persoalan bidang keamanan ini.

Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam), Djoko Suyanto, mengatakan siapapun pelaku kriminal yang terlibat dalam geng motor, baik oknum TNI atau Polri, segera ditangkap dan ditindak. "Siapapun mereka, apakah oknum TNI atau warga sipil apabila terbukti melakukan tindakan itu (kekerasan geng motor) harus dibawa ke pengadilan," ujarnya seperti dikutip Beritasatu online, Senin (16/4).

Djoko juga menegaskan bahwa ia sudah memberikan perintah kepada jajaran Kepolisian dan TNI untuk segera melacak keberadaan anggota geng motor yang meresahkan masyarakat. "Saya telah perintahkan kepada Polri dan TNI dan POM (Polisi Militer) untuk segera mencari dan menangkap para pelaku kriminal yang disebut sebagai geng motor," lanjutnya.

Munculnya aksi penyerangan geng motor diduga berawal dari tewasnya Klasi Arifin, yang merupakan staf Armada RI Kawasan Barat atau Armabar TNI AL karena ditusuk oleh sekelompok geng motor pada 31 Maret 2012 dini hari. Setelah itu, pada 7 April 2012 puluhan pemuda menyerang anggota geng motor di Jalan Danau Sunter, Tanjung Priok, Jakarta Utara. Peristiwa yang disinyalir aksi balas dendam tersebut menewaskan satu orang, yaitu Soleh dan dua orang lainnya luka berat.

Esok harinya, 8 April, penyerangan terjadi kembali di Jalan Benyamin Sueb, Kemayoran dimana empat orang mengalami luka bacok diserang oleh sekelompok pesepeda motor yang mencoreng pipinya dengan cat putih. Kejadian serupa terulang kembali pada Jumat, 13 April dini hari. Saat itu ratusan pria menggunakan kendaraan bermotor melakukan penyerangan di delapan lokasi berbeda dengan waktu hampir bersamaan. Peritiwa tersebut menewaskan satu orang pemuda dan melukai delapan orang lainnya.

Hingga kini polisi masih belum menemukan titik terang tentang siapa pelaku penyerangan. 

Semoga dengan keikutsertaan pemerintah pusat, penuntasan terhadap kasus kekerasan oleh geng motor di DKI Jakarta dapat segera terealisasikan. Jika ini benar terjadi bukan hanya masyarakat merasa menjadi aman kembali, tetapi nama baik seperti Polri dan TNI dapat kembali pulih mengingat beredar kabar miring yang menyebutkan para anggota kelompok geng motor yang beraksi brutal akhir-akhir ini sebenarnya adalah orang-orang dari korps tentara Indonesia.

======================================================================
GENG MOTOR

Seperti apakah Geng Motor itu ?

Dampak apa saja yang ditimbulkan oleh Geng Motor ?

Bagaimana peran keluarga dan pemerintah dalam menghadapi Geng Motor ?

Bagaimanakah solusinya agar Geng Motor itu tidak Merajalela ?




Apakah Geng Motor itu ?

Geng Motor bisa disebut gerombolan orang yang anggotanya sering membawa motor, Mulanya kumpul-kumpul sesama pecinta motor, kemudian berubah jadi geng yang beranggotakan puluhan bahkan ratusan orang. Tak jarang dari mereka banyak yang masih memakai seragam putih abu-abu, dan g’ jarang juga perempuan bisa masuk anggota Geng Motor.
Masa-masa remaja memang bisa di sebut masa pencarian identitas diri. Di sini peran lingkungan sangat dibutuhkan oleh remaja, karena pengaruh lingkungan dapat membuat remaja itu bisa tumbuh menjadi orang yang baik dan buruk.
Selain di tinjau dari segi lingungan, kta bisa tinjau dari beberapa faktor penyebab seseorang terjerumus pada anggota Geng Motor.yaitu, cari sensasi, mungkin anggapan mereka kalau masuk geng motor nanti kesannya keren banget lah , jantan banget lah, rock banget lah . dan lah lah lainnya .
Ajang pelampiasan, kadang dia tak nyaman dengan suatu hal misalnya , kurangnya perhatian dari ortu, terus-menerus dapat nilai jelek ,sering di marahi guru, tak mendapatkan sesuatu yang dia inginkan. Dan lain-lain
Mungkin juga karena broken home. merasa keluarganya sudah hancur kemudian tak ada perhatian dari ortu karena ortunya sibuk dengan urusannya sendiri-sendiri.dan akhirnya dia tumbuh jadi remaja liar.

Dampak Apa Saja yang Ditimbulkan oleh Geng Motor ?

Di jalanan, mereka membentuk gaya hidup yang terkadang menyimpang dari kelaziman demi menancapkan identitas kelompok. Ngetrack, kebut-kebutan dengan suara knalpot memecah telinga, dan tawuran itu lah aktifitas yang sering dilakukan oleh kebanyakan Geng Motor.
Dalam masuk geng motor jug tidak murah. Bisa di lihat dari gaya motor yang serba modis ditambah pakaian yang di kenakan juga
Khas banget.Nggak mungkin juga dari mereka yang mau berpakaian baju koko yang harganya lebih murang dari jaket kulit hitam yang sering di kenakan.

Maka tak asing kalau mereka menghalalkan segala cara untuk mendapatkan uang. Mereka berani merampok ,mencuri, hingga menjual barang-barang berharga dari ortunya. Siapa tak jangkel melihat kelakuan mereka. Sikap temperamental dan tak mau ngalah menjadi sikap popular mereka. Dalam mengendarai motor yang beriringan layaknya raja jalanan . membuat orang tak bisa lewat , bahkan sering mencari ulah kemudian tawuran menyebabkan korban jiwa berjatuhan.

PERLU dibedakan antara geng motor dengan Club Motor. Geng motor adalah kumpulan orang-orang pecinta motor yang doyan kebut-kebutan, tanpa membedakan jenis motor yang dikendarai. Sedangkan Club Motor biasanya mengusung merek tertentu atau spesifikasi jenis motor tertentu dengan perangkat organisasi formal, seperti HDC (Harley Davidson Club), Scooter (kelompok pecinta Vesva), kelompok Honda, kelompok Suzuki, Tiger, Mio.
Ada juga Brotherhood kelompok pecinta motor besar tua. Tapi kalau soal aksi jalanan, semuanya sama saja. Kebanyakan sama-sama merasa jadi raja jalanan, tak mau didahului, apalagi disalip oleh pengendara lain. Misalnya saja contoh seperti di bawah ini:

Kita mulai saja dengan Moonraker: 
Inilah konon ruh dari semua geng motor di Bandung. Moonraker lahir pada tahun 1978. Sel-sel komunitas ini, dirajut oleh tujuh orang pemuda yang sama-sama hobi balap.

Nama “Moonraker” diambil dari salah satu judul film James Bond yang kondang ketika itu. Awalnya mereka mengusung bendera berwarna putih-biru-merah dengan gambar palu arit di tengahnya. Namun, karena pemerintah Indonesia saat itu melarang ideologi tertentu yang identik komunisme (yang bersimbolkan palu arit), mereka lalu mengganti bendera kebanggaannya dengan warna merah-putih-biru, bergambar kelelawar. Gambar ini mereka adopsi dari lambang “Hell Angel”, sebuah kelompok motor di Amerika Serikat.

Kelompok ini konsisten dengan sistem keorganisasiannya. Setiap tahun ada penggantian kepengurusan dan membuat program-program kerja. Struktur Organisasinya terdiri atas Divisi Balap, Panglima Perang (Paper), dan Tim SWAT atau regu penyelamat.
“Panglima Perang” mungkin terdengar unik dalam sebuah organisasi pencinta motor. Istilah ini biasanya digunakan oleh lembaga keamanan atau kelompok bersenjata.

Di Moonraker sendiri, Panglima Perang bertugas mengkoordinir anggota pada saat terjadi tawuran, atau sebagai pembuat keputusan pada saat terjadi bentrok dengan kelompok lain. Jika ada keputusan perang, informasi menyebar ke seluruh anggota paling lama dalam waktu 24 jam.
Bagi para pembangkang yang melanggar tata tertib organisasi, sudah disiapkan tempat yang mereka sebut dengan nama “Sel 13,” semacam mahkamah pengadilan.

Tempat ini paling dihindari oleh semua anggota. Jangan mengharap sebuah proses hukum layaknya sebuah lembaga pengadilan. Di sini para pembangkang itu akan mendapat penyiksaan dari senior-seniornya.
Kategori pelanggaran itu antara lain memakai dan mengedarkan narkoba, bertindak melanggar hukum dan menjalin hubungan kasih dengan sesama anggota Moonraker.
Pengikut Moonraker semakin lama, terus membengkak. Kini tercatat anggotanya mencapai 1.400 orang, tersebar di berbagai wilayah. Itulah sedikit contoh dari Geng Motor.

Bagaimana Peran Keluarga dan Pemerintah dalam Menghadapi Geng Motor ?

Keluarga yang membuat rasa aman pada anaknya sangat dibutuhkan. Ortu harus bisa membuat anak-anak betah tinggal di rumah. Itu dapat memperkecil adanya anak yang suka klayapan dan terpengaruh dengan kehidupan jalanan.
Peran Pemerintah juga dibutuhkan dalam melakukan control jalan untuk memperkecil kebut-kebutan. Bukan hanya itu saja , pemerintah harus memberikan sanksi bagi mereka yang melanggar tata tertib lalu lintas,narkoba, mabuk-mabukan.dll.

Bagaimanakah Solusinya Agar Geng Motor itu tidak Merajalela ?

Pemerintah : 
  • Memperluas lapangan pekerjaan untuk memperkecil pengangguran.
  • Sering melaksanakan operasi jalanan.
  • Membuat wadah atau mengarahkan para Geng Motor untuk dibimbing menjadi pembalap propesional yang akan membawa nama bangsa Indonesia dalam perlombaan balapan baik nasional maupun internasional.
Sekolah: 
  • Memberikan pengarahan agar siswa-siswinya tidak terjerumus ke dalam Geng Motor
  • Memberikan tanggung jawab kepada mereka tentang membawa nama pribadi, keluarga, dan sekolah
  • Memberkan pengajaran tentang generasi muda yang di dambakan dunia
  • Membantu muridnya yang mengalami kesulitan dalam memecahkan masalah pribadi
Sekian dan terima kasih
sumber : dikutip dari berbagai narasumber

Sabtu, 14 April 2012

Kerajinan Khas Mbojo Dompu

Tembe Nggoli

Tembe Nggoli adalah sarung tenun tangan khas Bima, dibuat dari benang kapas (katun), dengan warna-warni yang cerah dan bermotif khas sarung tenun tangan. Keistimewaanya Tembe Nggoli antara lain, hangat, halus dan lembut,tidak mudah kusut, warna cemerlang lebih lama Saat ini.

Tembe Nggoli sudah diproduksi dalam berbagai macam corak dan motif. Ada yang ‘biasa’ (untuk dipakai sehari-hari), dan ada pula yang istimewa yang hanya dipakai pada acara-acara resmi.



Bagi orang Bima, memakai sarung lazim dilakukan baik oleh kaum pria maupun wanita. Wanita Bima memakai sarung sebagai ‘bawahan’, bahkan masih ada yang menggunakan dua buah sarung, yang disebut “rimpu”. Rimpu adalah cara wanita Bima menutup aurat bagian atas dengan sarung sehingga hanya kelihatan mata atau wajahnya saja. Rimpu yang hanya kelihatan mata disebut “rimpu mpida”.


Cara memakai sarung antara pria dan wanita berbeda. Bagi kaum pria, sarung dipakai seperti layaknya kaum pria di Indonesia lainnya, yaitu digulung ketat pada perut/pinggang, yang disebut “katente”. 

Bagi kaum wanita, sarung tidak digulung melainkan dilipat dan diselipkan (dijepit agar tidak terlepas), yang disebut “sanggentu”. Selain itu perbedaan juga terletak pada posisi “bali” (yaitu bagian sarung yang diberi warna/motif berbeda, biasanya ditaruh pada bagian belakang ketika dipakai). Bagi kaum pria, ‘bali’ diletakkan agak ke kanan, sedangkan bagi kaum wanita ‘bali’ diletakkan agak ke kiri. Pemahaman tentang letak ‘bali’ ini menunjukkan tingkat pengetahuan pemakai sarung, atau menunjukkan ketelitiannya dalam berpakaian.


Masyarakat Bima juga menggunakan sarung sebagai selimut ketika tidur. Masyarakat yang tradisional bahkan tidak pernah atau tidak suka menggunakan selimut yang biasa, tetapi lebih nyaman menggunakan sarungnya yang hangat.



Gadis Cantik ini sedang memperagakan bagaimana cara menenun kain khas Bima yang lebih dikenal dengan nama "Tembe Nggoli" dan lebih terkenal lagi jika tembe nggoli ini dipake oleh ibu-ibu atau gadis dalam berbagai acara; istilah orang sana "Rimpu" apa itu rimpu dan seperti apa penampilannya? ikuti tautan berikut ini

========================================================================

Rimpu

Rimpu adalah cara berpakaian kaum wanita di Bima - Dompu (Dou Mbojo), yaitu menggunakan kain sarung untuk menutupi kepala dan badan, sehingga yang terlihat hanya wajah, atau bahkan hanya bagian mata (rimpu mpida). Tradisi ini tentu erat kaitannya dengan cara berpakaian jilbab wanita muslimah.
Dulu, wanita Bima malu kalau tidak pakai rimpu. Bahkan bagi wanita yang masih belum menikah, rimpu yang dikenakan disebut "rimpu mpida" yaitu hanya bagian mata saja yang tidak tertutup.


Wisata Danau Air Asin Pulau Satonda Dompu



Puluhan ribu tahun yang lalu sebuah gunung api di Semenanjung Sanggar pada bagian utara pulau Sumbawa, meletus. Gunung yang muncul dari kedalaman 1.000 meter di bawah permukaan laut ini, akhirnya membentuk pulau kecil dengan sebuah danau seluas 0,8 km2 di dalamnya. Uniknya air danau ini tidak tawar melainkan asin, bahkan lebih asin dari air laut.

Pada awalnya danau dengan kedalaman mencapai 68 meter ini, merupakan danau air tawar. Namun, letusan maha dahsyat Gunung Tambora tahun 1815 yang menyebabkan perubahan iklim global dunia pada saat itu, mengirim gelombang tsunami hebat ke pulau ini dan membuat air danau menjadi asin. Setelah terisolasi dalam jangka waktu yang lama, karena sama sekali tidak ada saluran-saluran penghubung dengan laut di dekatnya, menyebabkan kehidupan disini berkembang dengan unik. Misalnya jenis ikan penghuni danau yang juga mengandung kadar garam cukup tinggi, hanya berukuran kecil tidak dapat tumbuh menjadi besar. Lain halnya dengan alga merah, kondisi air seperti ini membuatnya berkembang dengan subur di permukaan karang-karang di danau. Para ilmuwan beranggapan bahwa danau di Satonda memiliki kemiripan dengan kondisi laut di zaman purba melalui penelitian terhadap fosil-fosil alga tersebut.

Sekeliling danau merupakan daerah perbukitan yang tertutup hutan dengan dinding-dinding terjal. Pepohonan beringin dengan sistem perakarannya yang khas banyak dijumpai di sini. Kesunyian di sini kadang-kadang terpecahkan oleh suara kicauan burung dan belibis yang bermain di danau sedangkan kawanan kalong dalam jumlah besar sering terlihat beterbangan. Begitu pula dengan kupu-kupu, keanekaragaman jenisnya dapat kita temukan di hutan. Perairan laut di sekitar Pulau Satonda juga masih memiliki terumbu karang yang bagus dan penuh dengan berbagai jenis ikan.

Satonda juga menyajikan pemandangan yang sangat indah, berpadu dengan keheningan alam. Karena itu, tidak mengherankan jika pulau ini cukup sering dikunjungi oleh wisatawan asing. Biasanya mereka menggunakan kapal wisata dan mampir ke Satonda dalam perjalanan dari Bali atau Lombok menuju Pulau Komodo. Selain menikmati keindahan alam, biasanya para wisatawan ini selalu menyempatkan diri untuk berenang di danau. Sementara bagi wisatawan yang pandai menyelam, dapat melihat keindahan terumbu karang di dekat pulau ini. Di daerah ini juga terdapat pohon-pohon berbuah batu. Di sini terdapat suatu kepercayaan yang mengatakan jika ada turis yang datang ke Satonda, lalu dia menggantungkan batu ke pohon sambil mengharapkan sesuatu maka keinginannya akan terkabul. Pangeran Charles dari Kerajaan Inggris termasuk salah seorang yang melakukannya ketika mengunjungi tempat ini pada tahun 1990-an.

Satonda hanyalah sebuah pulau kecil seluas 4,8 km2 yang sangat rentan terhadap perubahan. Status pulau ini merupakan kawasan konservasi berupa Taman Wisata Alam. Tanpa adanya kegiatan pengelolaan yang memadai dikhawatirkan keunikan Satonda ini terancam hilang. Selain itu, pengembangan pariwisata yang tidak terkontrol seperti jumlah pengunjung yang berlebihan dan tanpa pengaturan atau pengembangan fasilitas yang tidak tepat dapat merusak lingkungan pulau, sehingga menjadi ancaman utama di masa depan.
sumber : wisata alam dompu

Danau yang berada ditengah Satonda : airnya cukup jernih dan panorama alam sekitarnya cukup indah, itulah penyebab kenapa wisatawan yang pernah kesini akan merasa kangen dan kembali datang ke danau ini

========================================================================
Pantai Lakey

Batu ijo (batu berwarna hijau) terletak di pantai Hu'u

Hamparan Pasir Putih, terletak di pantai Hu'u

Wisatawan sedang berselancar di Pantai Lakey


Wisata Daerah Dompu Nusa Tenggara barat

Gunung Tambora

Tambora Ketinggian 2.850 meter.
Koordinat 8°15' LS 118° BT
Geologi Jenis stratovolcano
Letusan terakhir 1967[1] 

Gunung Tambora (atau Tomboro) adalah sebuah stratovolcano aktif yang terletak di pulau Sumbawa, Indonesia. Gunung ini terletak di dua kabupaten, yaitu Kabupaten Dompu (sebagian kaki sisi selatan sampai barat laut, dan Kabupaten Bima (bagian lereng sisi selatan hingga barat laut, dan kaki hingga puncak sisi timur hingga utara), Provinsi Nusa Tenggara Barat, tepatnya pada 8°15' LS dan 118° BT. Gunung ini terletak baik di sisi utara dan selatan kerak oseanik. Tambora terbentuk oleh zona subduksi di bawahnya. Hal ini meningkatkan ketinggian Tambora sampai 4.300 m[2] yang membuat gunung ini pernah menjadi salah satu puncak tertinggi di Nusantara dan mengeringkan dapur magma besar di dalam gunung ini. 

Perlu waktu seabad untuk mengisi kembali dapur magma tersebut. Aktivitas vulkanik gunung berapi ini mencapai puncaknya pada bulan April tahun 1815 ketika meletus dalam skala tujuh pada Volcanic Explosivity Index.[3] Letusan tersebut menjadi letusan tebesar sejak letusan danau Taupo pada tahun 181.[4] Letusan gunung ini terdengar hingga pulau Sumatra (lebih dari 2.000 km). Abu vulkanik jatuh di Kalimantan, Sulawesi, Jawa dan Maluku. Letusan gunung ini menyebabkan kematian hingga tidak kurang dari 71.000 orang dengan 11.000—12.000 di antaranya terbunuh secara langsung akibat dari letusan tersebut.[4] Bahkan beberapa peneliti memperkirakan sampai 92.000 orang terbunuh, tetapi angka ini diragukan karena berdasarkan atas perkiraan yang terlalu tinggi.[5] Lebih dari itu, letusan gunung ini menyebabkan perubahan iklim dunia. Satu tahun berikutnya (1816) sering disebut sebagai Tahun tanpa musim panas karena perubahan drastis dari cuaca Amerika Utara dan Eropa karena debu yang dihasilkan dari letusan Tambora ini. Akibat perubahan iklim yang drastis ini banyak panen yang gagal dan kematian ternak di Belahan Utara yang menyebabkan terjadinya kelaparan terburuk pada abad ke-19.[4] Selama penggalian arkeologi tahun 2004, tim arkeolog menemukan sisa kebudayaan yang terkubur oleh letusan tahun 1815 di kedalaman 3 meter pada endapan piroklastik.[6] Artifak-artifak tersebut ditemukan pada posisi yang sama ketika terjadi letusan di tahun 1815. 

Karena ciri-ciri yang serupa inilah, temuan tersebut sering disebut sebagai Pompeii dari timur. Pemandangan gunung Tambora dan sekelilingnya dari udara. Gunung Tambora terletak di pulau Sumbawa yang merupakan bagian dari kepulauan Nusa Tenggara. Gunung ini adalah bagian dari busur Sunda, tali dari kepulauan vulkanik yang membentuk rantai selatan kepulauan Indonesia.[7] Tambora membentuk semenanjungnya sendiri di pulau Sumbawa yang disebut semenanjung Sanggar. Di sisi utara semenanjung tersebut, terdapat laut Flores, dan di sebelah selatan terdapat teluk Saleh dengan panjang 86 km dan lebar 36 km. Pada mulut teluk Saleh, terdapat pulau kecil yang disebut Mojo. 

Selain seismologis dan vulkanologis yang mengamati aktivitas gunung tersebut, gunung Tambora adalah daerah untuk riset ilmiah arkeolog dan biologi. Gunung ini juga menarik turis untuk mendaki gunung dan aktivitas margasatwa.[8][9] Dompu dan Bima adalah kota yang letaknya paling dekat dengan gunung ini. Di lereng gunung Tambora, terdapat beberapa desa. Di sebelah timur terdapat desa Sanggar. Di sebelah barat laut, terdapat desa Doro Peti dan desa Pesanggrahan. Di sebelah barat, terdapat desa Calabai. Terdapat dua jalur pendakian untuk mencapai kaldera gunung Tambora. Rute pertama dimulai dari desa Doro Mboha yang terletak di sisi tenggara gunung Tambora. Rute ini mengikuti jalan beraspal melalui perkebunan kacang mede sampai akhirnya mencapai ketinggian 1.150 m diatas permukaan laut. Rute ini berakhir di bagian selatan kaldera dengan ketinggian 1.950 m yang dapat dicapai oleh titik pertengahan jalur pendakian.[10] Lokasi ini biasanya digunakan sebagai kemah untuk mengamati aktivitas vulkanik karena hanya memerlukan waktu satu jam untuk mencapai kaldera. Rute kedua dimulai dari desa Pancasila di sisi barat laut gunung Tambora. 

Jika menggunakan rute kedua, maka kaldera hanya dapat dicapai dengan berjalan kaki.[10] [sunting]Sejarah geologis Tambora terbentang 340 km di sebelah utara sistem palung Jawa dan 180-190 km diatas zona subduksi. Gunung ini terletak baik di sisi utara dan selatan kerak oseanik.[11] Gunung ini memiliki laju konvergensi sebesar 7.8 cm per tahun.[12] Tambora diperkirakan telah berada di bumi sejak 57.000 BP (penanggalan radiokarbon standar).[3] Ketika gunung ini meninggi akibat proses geologi di bawahnya, dapur magma yang besar ikut terbentuk dan sekaligus mengosongkan isi magma. Pulau Mojo pun ikut terbentuk sebagai bagian dari proses geologi ini di mana teluk Saleh pada awalnya merupakan cekungan samudera (sekitar 25.000 BP).[3] Menurut penyelidikan geologi, kerucut vulkanik yang tinggi sudah terbentuk sebelum letusan tahun 1815 dengan karakteristik yang sama dengan bentuk stratovolcano.[13] Diameter lubang tersebut mencapai 60 km.[7] Lubang utama sering kali memancarkan lava yang mengalir turun secara teratur dengan deras ke lereng yang curam. Sejak letusan tahun 1815, pada bagian paling bawah terdapat endapan lava dan material piroklastik. Kira-kira 40% dari lapisan diwakili oleh 1-4 m aliran lava tipis.[13] Scoria tipis diproduksi oleh fragmentasi aliran lava. Pada bagian atas, lava ditutup oleh scoria, tuff dan bebatuan piroklastik yang mengalir ke bawah.[13] Pada gunung Tambora, terdapat 20 kawah.[12] Beberapa kawah memiliki nama, misalnya Tahe (877 m), Molo (602 m), Kadiendinae, Kubah (1648 m) dan Doro Api Toi. 

Kawah tersebut juga memproduksi aliran lava basal. [sunting]Sejarah letusan Dengan menggunakan teknik penanggalan radiokarbon, dinyatakan bahwa gunung Tambora telah meletus tiga kali sebelum letusan tahun 1815, tetapi besarnya letusan tidak diketahui.[14] Perkiraan tanggal letusannya ialah tahun 3910 SM ± 200 tahun, 3050 SM dan 740 ± 150 tahun. Ketiga letusan tersebut memiliki karakteristik letusan yang sama. Masing-masing letusan memiliki letusan di lubang utama, tetapi terdapat pengecualian untuk letusan ketiga. Pada letusan ketiga, tidak terdapat aliran piroklastik. Pada tahun 1812, gunung Tambora menjadi lebih aktif, dengan puncak letusannya terjadi pada bulan April tahun 1815.[14] Besar letusan ini masuk ke dalam skala tujuh Volcanic Explosivity Index (VEI), dengan jumlah semburan tefrit sebesar 1.6 × 1011 meter kubik.[14] Karakteristik letusannya termasuk letusan di lubang utama, aliran piroklastik, korban jiwa, kerusakan tanah dan lahan, tsunami dan runtuhnya kaldera. Letusan ketiga ini mempengaruhi iklim global dalam waktu yang lama. 

Aktivitas Tambora setelah letusan tersebut baru berhenti pada tanggal 15 Juli 1815.[14] Aktivitas selanjutnya kemudian terjadi pada bulan Agustus tahun 1819 dengan adanya letusan-letusan kecil dengan api dan bunyi gemuruh disertai gempa susulan yang dianggap sebagai bagian dari letusan tahun 1815.[4] Letusan ini masuk dalam skala kedua pada skala VEI. Sekitar tahun 1880 ± 30 tahun, Tambora kembali meletus, tetapi hanya di dalam kaldera.[14] Letusan ini membuat aliran lava kecil dan ekstrusi kubah lava, yang kemudian membentuk kawah baru bernama Doro Api Toi di dalam kaldera.[15] Gunung Tambora masih berstatus aktif. Kubah lava kecil dan aliran lava masih terjadi pada lantai kaldera pada abad ke-19 dan abad ke-20.[1] Letusan terakhir terjadi pada tahun 1967,[14] yang disertai dengan gempa dan terukur pada skala 0 VEI, yang berarti letusan terjadi tanpa disertai dengan ledakan. Daerah yang diperkirakan terkena abu letusan Tambora tahun 1815. Daerah merah menunjukan ketebalan abu vulkanik. Abu tersebut mencapai pulau Kalimantan dan Sulawesi (ketebalan 1 cm). 

Gunung Tambora mengalami ketidakaktifan selama beberapa abad sebelum tahun 1815, dikenal dengan nama gunung berapi "tidur", yang merupakan hasil dari pendinginan hydrous magma di dalam dapur magma yang tertutup.[7] Didalam dapur magma dalam kedalaman sekitar 1,5-4,5 km, larutan padat dari cairan magma bertekanan tinggi terbentuk pada saat pendinginan dan kristalisasi magma. Tekanan di kamar makma sekitar 4-5 kbar muncul dan temperatur sebesar 700 °C-850 °C.[7] Pada tahun 1812, kaldera gunung Tambora mulai bergemuruh dan menghasilkan awan hitam.[2] Pada tanggal 5 April 1815, letusan terjadi, diikuti dengan suara guruh yang terdengar di Makassar, Sulawesi (380 km dari gunung Tambora), Batavia (kini Jakarta) di pulau Jawa (1.260 km dari gunung Tambora), dan Ternate di Maluku (1400 km dari gunung Tambora). Suara guruh ini terdengar sampai ke pulau Sumatera pada tanggal 10-11 April 1815 (lebih dari 2.600 km dari gunung Tambora) yang awalnya dianggap sebagai suara tembakan senapan.[16] Pada pagi hari tanggal 6 April 1815, abu vulkanik mulai jatuh di Jawa Timur dengan suara guruh terdengar sampai tanggal 10 April 1815. Pada pukul 7:00 malam tanggal 10 April, letusan gunung ini semakin kuat.[2] Tiga lajur api terpancar dan bergabung.[16] Seluruh pegunungan berubah menjadi aliran besar api.[16] Batuan apung dengan diameter 20 cm mulai menghujani pada pukul 8:00 malam, diikuti dengan abu pada pukul 9:00-10:00 malam. Aliran piroklastik panas mengalir turun menuju laut di seluruh sisi semenanjung, memusnahkan desa Tambora. 

Ledakan besar terdengar sampai sore tanggal 11 April. Abu menyebar sampai Jawa Barat dan Sulawesi Selatan. Bau "nitrat" tercium di Batavia dan hujan besar yang disertai dengan abu tefrit jatuh, akhirnya reda antara tangal 11 dan 17 April 1815.[2] Letusan pertama terdengar di pulau ini pada sore hari tanggal 5 April, mereka menyadarinya setiap seperempat jam, dan terus berlanjut dengan jarak waktu sampai hari selanjutnya. Suaranya, pada contoh pertama, hampir dianggap suara meriam; sangat banyak sehingga sebuah detasemen tentara bergerak dari Djocjocarta, dengan perkiraan bahwa pos terdekat diserang, dan sepanjang pesisir, perahu-perahu dikirimkan pada dua kesempatan dalam pencarian sebuah kapal yang semestinya berada dalam keadaan darut Letusan tersebut masuk dalam skala tujuh pada skala Volcanic Explosivity Index.[17] 

Letusan ini empat kali lebih kuat daripada letusan gunung Krakatau tahun 1883. Diperkirakan 100 km³ piroklastik trakiandesit dikeluarkan, dengan perkiraan massa 1,4×1014 kg.[4] Hal ini meninggalkan kaldera dengan ukuran 6-7 km dan kedalaman 600-700 m.[2] Massa jenis abu yang jatuh di Makassar sebesar 636 kg/m².[18] Sebelum letusan, gunung Tambora memiliki ketinggian kira-kira 4.300 m,[2] salah satu puncak tertinggi di Indonesia. Setelah letusan, tinggi gunung ini hanya setinggi 2.851 m.[19] Letusan Tambora tahun 1815 adalah letusan terbesar dalam sejarah.[2][4] Letusan gunung ini terdengar sejauh 2.600 km, dan abu jatuh setidaknya sejauh 1.300 km.[2] Kegelapan terlihat sejauh 600 km dari puncak gunung selama lebih dari dua hari. Aliran piroklastik menyebar setidaknya 20 km dari puncak. [sunting]Akibat Semua tumbuh-tumbuhan di pulau hancur. Pohon yang tumbang, bercampur dengan abu batu apung masuk ke laut dan membentuk rakit dengan jarak lintas melebihi 5 km .[2] Rakit batu apung lainnya ditemukan di Samudra Hindia, di dekat Kolkata pada tanggal 1 dan 3 Oktober 1815.[4] Awan dengan abu tebal masih menyelimuti puncak pada tanggal 23 April. Ledakan berhenti pada tanggal 15 Juli, walaupun emisi asab masih terlihat pada tanggal 23 Agustus. Api dan gempa susulan dilaporkan terjadi pada bulan Agustus tahun 1819, empat tahun setelah letusan. Dalam perjalananku menuju bagian barat pulau, aku hampir melewati seluruh Dompo dan banyak bagian dari Bima. 

Kesengsaraan besar-besaran terhadap penduduk yang berkurang memberikan pukulan hebat terhadap penglihatan. Masih terdapat mayat di jalan dan tanda banyak lainnya telah terkubur: desa hampir sepenuhnya ditinggalkan dan rumah-rumah rubuh, penduduk yang selamat kesulitan mencari makanan. ... Sejak letusan, diare menyerang warga di Bima, Dompo, dan Sang’ir, yang menyerang jumlah penduduk yang besar. Diduga penduduk minum air yang terkontaminasi abu, dan kuda juga meninggal, dalam jumlah yang besar untuk masalah yang sama. Tsunami besar menyerang pantai beberapa pulau di Indonesia pada tanggal 10 April, dengan ketinggian di atas 4 m di Sanggar pada pukul 10:00 malam.[2] Tsunami setinggi 1-2 m dilaporkan terjadi di Besuki, Jawa Timur sebelum tengah malam dan tsunami setinggi 2 m terjadi di Maluku. Tinggi asap letusan mencapai stratosfer, dengan ketinggian lebih dari 43 km.[4] Partikel abu jatuh 1 sampai 2 minggu setelah letusan, tetapi terdapat partikel abu yang tetap berada di atmosfer bumi selama beberapa bulan sampai beberapa tahun pada ketinggian 10-30 km.[2] Angin bujur menyebarkan partikel tersebut di sekeliling dunia, membuat terjadinya fenomena. Matahari terbenam yang berwarna dan senja terlihat di London, Inggris antara tanggal 28 Juni dan 2 Juli 1815 dan 3 September dan 7 Oktober 1815.[2] Pancaran cahaya langit senja muncul berwarna orange atau merah di dekat ufuk langit dan ungu atau merah muda di atas. Jumlah perkiraan kematian bervariasi, tergantung dari sumber yang ada. Zollinger (1855) memperkirakan 10.000 orang meninggal karena aliran piroklastik. 

Di pulau Sumbawa, terdapat 38.000 kematian karena kelaparan, dan 10.000 lainnya karena penyakit dan kelaparan di pulau Lombok.[20] Petroeschevsky (1949) memperkirakan sekitar 48.000 dan 44.000 orang terbunuh di Sumbawa dan Lombok.[21] Beberapa pengarang menggunakan figur Petroeschevsky, seperti Stothers (1984), yang menyatakan jumlah kematian sebesar 88.000 jiwa.[2] Tanguy (1998) mengklaim figur Petroeschevsky tidak dapat ditemukan dan berdasarkan referensi yang tidak dapat dilacak.[5] Tanguy merevisi jumlah kematian berdasarkan dua sumber, sumber dari Zollinger, yang menghabiskan beberapa bulan di Sumbawa setelah letusan dan catatan Raffles.[16] Tanguy menunjukan bahwa terdapat banyak korban di Bali dan Jawa Timur karena penyakit dan kelaparan. Diperkirakan 11.000 meninggal karena pengaruh gunung berapi langsung dan 49.000 oleh penyakit epidemi dan kelaparan setelah letusan.[5] Oppenheimer (2003) menyatakan jumlah kematian lebih dari 71.000 jiwa Jumlah konsentrasi sulfat di inti es dari Tanah Hijau tengah, tarikh tahun dihitung dengan variasi isotop oksigen musiman. Terdapat letusan yang tidak diketahui pada tahun 1810-an. Sumber: Dai (1991).[23] 

Letusan gunung Tambora tahun 1815 mengeluarkan sulfur ke stratosfer, menyebabkan penyimpangan iklim global. Metode berbeda telah memperkirakan banyaknya sulfur yang dikeluarkan selama letusan: metode petrologi, sebuah pengukuran berdasarkan pengamatan anatomi, dan metode konsentrasi sulfat inti es, menggunakan es dari Tanah Hijau dan Antartika. Perkiraan beragam tergantung dari metode, antara 10 Tg S hingga 120 Tg S.[4] Pada musim semi dan musim panas tahun 1816, sebuah kabut kering terlihat di timur laut Amerika Serikat. Kabut tersebut memerahkan dan mengurangi cahaya matahari, seperti bintik pada matahari yang terlihat dengan mata telanjang. Baik angin atau hujan tidak dapat menghilangkan "kabut" tersebut. "Kabut" tersebut diidentifikasikan sebagai kabut aerosol sulfat stratosfer.[4] Pada musim panas tahun 1816, negara di Belahan Utara menderita karena kondisi cuaca yang berubah, disebut sebagai Tahun tanpa musim panas. 

Temperatur normal dunia berkurang sekitar 0,4-0,7 °C,[2] cukup untuk menyebabkan permasalahan pertanian di dunia. Pada tanggal 4 Juni 1816, cuaca penuh es dilaporkan di Connecticut, dan dan pada hari berikutnya, hampir seluruh New England digenggam oleh dingin. Pada tanggal 6 Juni 1816, salju turun di Albany, New York, dan Dennysville, Maine.[4] Kondisi serupa muncul untuk setidaknya tiga bulan dan menyebabkan gagal panen di Amerika Utara. Kanada mengalami musim panas yang sangat dingin. Salju setebal 30 cm terhimpun didekat Kota Quebec dari tanggal 6 sampai 10 Juni 1816. 1816 adalah tahun terdingin kedua di Belahan Bumi Utara sejak tahun 1400 Masehi, setelah letusan gunung Huaynaputina di Peru tahun 1600.[17] Tahun 1810-an adalah dekade terdingin dalam rekor sebagai hasil dari letusan Tambora tahun 1815 dan lainnya menduga letusan terjadi antara tahun 1809 dan tahun 1810. Perubahan temperatur permukaan selama musim panas tahun 1816, 1817 dan tahun 1818 sebesar -0,51, -0,44 dan -0,29 °C,[17] dan juga musim panas yang lebih dingin, bagian dari Eropa mengalami badai salju yang lebih deras. 

Perubahan iklim disalahkan sebagai penyebab wabah tifus di Eropa Tenggara dan Laut Tengah bagian timur diantara tahun 1816 dan tahun 1819.[4] Banyak ternak meninggal di New England selama musim dingin tahun 1816-1817. Suhu udara yang dingin dan hujan besar menyebabkan gagal panen di Kepulauan Britania. Keluarga-keluarga di Wales mengungsi dan mengemis untuk makanan. Kelaparan merata di Irlandia utara dan barat daya karena gandum, haver dan kentang mengalami gagal panen. Krisis terjadi di Jerman, harga makanan naik dengan tajam. Akibat kenaikan harga yang tidak diketahui menyebabkan terjadinya demonstrasi di depan pasar dan toko roti yang diikuti dengan kerusuhan, pembakaran rumah dan perampokan yang terjadi di banyak kota-kota di Eropa. Ini adalah kelaparan terburuk yang terjadi pada abad ke-19.[4] [sunting]Bukti arkeologi Pada musim panas tahun 2004, tim dari Universitas Rhode Island, Universitas North Carolina di Wilmington, dan direktorat vulkanologi Indonesia, dipimpin oleh Haraldur Sigurdsson, memulai sebuah penggalian arkeologi di gunung Tambora.[6] Setelah enam minggu, tim tersebut menggali bukti adanya kebudayaan yang hilang yang musnah karena letusan gunung Tambora. Situs tersebut terletak 25 km sebelah barat kaldera, di dalam hutam, 5 km dari pantai. Tim tersebut harus melewati endapan batu apung vulkanik dan abu dengan tebal 3 m. Tim tersebut menggunakan radar penembus tanah untuk mencari lokasi rumah kecil yang terkubur. Mereka menggali kembali rumah dan mereka menemukan sisa dua orang dewasa, dan juga mangkuk perunggu, peralatan besi dan artifak lainnya. 

Desain dan dekorasi artifak memiliki kesamaan dengan artifak dari Vietnam dan Kamboja.[6] Uji coba dilakukan menggunakan teknik karbonisasi memperjelas bahwa mereka terbentuk dari pensil arang yang dibentuk oleh panas magma. Semua orang, rumah dan kebudayaan dibiarkan seperti saat mereka berada tahun 1815. Sigurdsson menyebut kebudayaan ini sebagai Pompeii dari timur.[24][25] Berdasarkan artifak yang ditemukan, yang mayoritas benda perunggu, tim menyatakan bahwa orang-orang tersebut tidak miskin. Bukti sejarah menunjukan bahwa orang di pulau Sumbawa terkenal di Hindia Timur untuk madu, kuda, kayu sepang (caesalpinia sappan), memproduksi dye merah, dan cendana yang digunakan untuk dupa dan pengobatan.[6] Daerah ini diketahui produktif dalam bidang pertanian. 

Penemua arkeologi memperjelas bahwa terdapat kebudayaan yang hancur karena letusan tahun 1815. Sebutan Kerajaan Tambora yang hilang disebut oleh media.[26][27] Dengan penemuan ini, Sigurdsson bermaksud untuk kembali ke Tambora tahun 2007 untuk mencari sisa desa, dan berharap dapat menemukan istana.[6] [sunting]Ekosistem Tim penelitian yang dipimpin oleh ahli botani Swiss, Heinrich Zollinger, tiba di pulau Sumbawa tahun 1847.[28] Misi Zollinger adalah untuk mempelajari letusan dan pengaruhnya terhadap ekosistem lokal. Ia adalah orang pertama yang memanjat ke puncak gunung Tambora setelah letusan gunung tersebut. Gunung tersebut masih tertutup oleh asap. 

Ketika Zollinger memanjat, kakinya tenggelam beberapa kali melalui kerak permukaan tipis menuju lapisan hangat yang seperti sulfur. Beberapa tumbuh-tumbuhan kembali tumbuh dan beberapa pohon diamati di lereng yang lebih rendah. Hutan Casuarina dicatat pada 2.200-2.550 m.[29] Beberapa Imperata cylindrica juga dapat ditemukan. Penduduk mulai tinggal di gunung Tambora pada tahun 1907. Penanaman kopi dimulai pada tahun 1930-an di lereng bagian barat laut gunung Tambora, di desa Pekat.[30] Hutan hujan yang disebut Duabangga moluccana telah tumbuh dengan ketinggian 1.000-2.800 m.[30] Penanaman tersebut mencakupi daerah seluas 80.000 hektar (800 km²). Hutan hujan ditemukan oleh tim Belanda, dipimpin oleh Koster dan De Voogd tahun 1933.[30] 

Mereka memulai perjalanan di "daerah hampir tandus, kering dan panas" dan mereka memasuki "hutam hebat" dengan "raksasa hutan yang besar dan megah". Pada ketinggian 1.100 m, mereka memasuki hutan montane. Pada ketinggian 1.800 m , mereka menemukan Dodonaea viscosa yang didominasi oleh pohon Casuarina. Di puncak, mereka menemukan sedikit Anaphalis viscida dan Wahlenbergia. 56 spesies burung ditemukan tahun 1896, termasuk Crested White-eye.[31] 12 spesies lainnya ditemukan pada tahun 1981. Beberapa penelitian ahli ilmu hewan menemukan spesies burung lainnya di gunung, menghasilkan ditemukannya lebih dari 90 spesies burung. Kakatua-kecil Jambul-kuning, Murai Asia, Tiong Emas, Ayam hutan Hijau dan Perkici Pelangi diburu untuk dijual dan dipelihara oleh penduduk setempat. Gosong berkaki-jingga diburu untuk dimakan. Eksploitasi burung menyebabkan berkurangnya populasi burung. Yellow-crested Cockatoo hampir punah di pulau Sumbawa.[31] Sejak tahun 1972, perusahaan penebangan komersial telah beroperasi di daerah ini, yang menyebabkan ancaman terhadap hutan hujan. 

Perusahaan penebangan memegang izin untuk menebang kayu di daerah seluas 20.000 hektar (200 km²), atau 25% dari jumlah luas daerah.[30] Bagian hutan hujan lainnya digunakan untuk berburu. Di antara tanah berburu dan tanah penebangan, terdapat cagar alam, temat rusa, kerbau, babi hutan, kelelawar, rubah terbang, dan berbagai spesies reptil dan burung dapat ditemukan.[30] [sunting]Pengamatan Populasi Indonesia meningkat dengan cepat sejak letusan tahun 1815. Pada tahun 2006, populasi Indonesia telah mencapai 222 juta jiwa,[32] dan 130 juta penduduk berada di pulau Jawa dan Bali.[33] Sebuah letusan gunung berapi sebesar letusan Tambora tahun 1815 akan menyebabkan kematian yang lebih besar, sehingga aktivitas vulkanik di Indonesia terus diamati, termasuk gunung Tambora. 

Aktivitas seismologi di Indonesia diamati oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Indonesia. Pos pengamatan untuk gunung Tambora terletak di desa Doro Peti.[34] Mereka memfokuskan aktivitas seismik dan tektonik dengan menggunakan seismometer. Sejak letusan tahun 1880, tidak terdapat peningkatan aktivitas seismik.[35] Pengamatan terus dilakukan di dalam kaldera, terutama di kawah Doro Api Toi. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi telah menegaskan peta mitigasi bahaya gunung Tambora. Dua zona yang dinyatakan adalah zona bahaya dan zona waspada.[34] Zona bahaya adalah daerah yang secara langsung terpengaruh oleh letusan: aliran piroklastik, aliran lava dan jatuhnya piroklastik lainnya. Daerah ini, termasuk kaldera dan sekelilingnya, meliputi daerah seluas 58,7 km². Orang dilarang tinggal di zona berbahaya. Zona waspada termasuk daerah yang mungkin dapat secara langsung terpengaruh oleh letusan: aliran lahar dan batuan apung lainnya. Luas dari daerah waspada sebesar 185 km², termasuk desa Pasanggrahan, Doro Peti, Rao, Labuan Kenanga, Gubu Ponda, Kawindana Toi dan Hoddo. Sungai yang disebut sungai Guwu yang terletak di bagian selatan dan barat laut gunung Tambora juga dimasukan kedalam zona waspada.[34] [sunting]